Lihat ke Halaman Asli

Nasruddin Leu Ata

Pengangguran Berbakat

Simulakra Politik, Suhu Persaingan Konten

Diperbarui: 27 November 2023   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Ragam dan jenis media sosial. (Sumber: Pixabay.com)

Hari-hari menjelang kontestasi Pemilu tahun 2024 kian riuh dengan berbagai drama dipentaskan para elit dan partai politik di panggung politik negeri ini. 

Sajian drama itupun mendapat belbagai bentuk respon khalayak penontonnya yang menebak-nebak kemana arah drama itu akan menamatkan ceritanya.

Para pengamat, akademisi, politisi, media, hingga netizen pun turut mencoba menggambarkan bagaimana kharakter masing-masing aktor yang memerankan adegan di tiap episode yang nampaknya belum akan berakhir ini.

Berbagai cara ditempuh elit dan partai politiknya untuk mengkonsolidasikan kekuatan menuju pemenangan pesta demokrasi yang tidak lama lagi tiba. 

Kendatipun demikian, dalam demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat tentunya suara rakyatlah yang nantinya menentukan. Oleh karena itu muara dari segala strategi adalah bagaimana mempesona hati rakyat.

Upaya untuk mempesona hati rakyat inilah berbagai strategi dan manuver politik dilakukan para politisi. Strategi dan manuver politik itu harus jitu untuk membentuk opini publik bahwa merekalah yang pantas merepresentasikan sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Para politisi itu kemudian membangun image bahwa dirinya adalah rakyat dan rakyat adalah dirinya.

Dalam kerangka membangun image itu ada sebuah konsep yang digagas oleh seorang pemikir era postmodern dari Perancis bernama Jeans Baudrillard tentang "simulakra"

Hemat saya, teori simulakra adalah kemampuan manipulasi fakta dengan membuat semacam rekayasa yang tidak selalu merepresentasikan kenyataan yang sesungguhnya, bahkan realita yang dipertunjukkan sebenarnya realitas semu namun dengan bantuan kecanggihan teknologi media informasi dikonstruksi dan diframing seakan-akan nyata adanya.

Simulakra adalah dunia tipu-tipu, kepura-puraan, dan kepalsuan namun dicitrakan oleh media seakan-akan realitas yang sesungguhnya. Tujuan dari simulakra adalah membentuk opini publik supaya sesuai dengan pemilik agenda setting itu sendiri.

Politik representasi dan strategi simulakra itu pada  hari-hari ini kian sering kita saksikan di media massa maupun media baru dengan berbagai platformnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline