Lihat ke Halaman Asli

Apa Aku Bisa?

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akhir-akhir ini kepalaku terasa berat sekali dan flu yang melanda membuat semangat untuk pergi sekolah itu berkurang. Aght... terlalu berat untukku pikirkan bagaimana bisa melanjutkan pendidikan ini meskipun ada yang bilang semua orang miskin dan anak terlantar akan dipelihara oleh negara. Apa betul itu? Aku sangat jarang bisa mempercayai kata-kata dari siapapun itu. Kecuali misalnya diberikan uang sekian- sekian dan harus masuk pendidikan formal ini dan ini. Sudah pasti aku mau. Sudah ada jaminan pegangan bagiku.

Tapi mana bisa begitu, memangnya prosedur pendidikan kita disini terlalu mudah untuk dijalani?. Begitu tanya teman-temanku ketika aku menghayal tentang impianku bisa melanjutkan pendidikan ke Universitas.

”Haha... memangnya kita tidak boleh menghayal ya? Kan semua pasti ada jalannya. Banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan menuju kampus!” Begitu kilahku.

”Iya sih, tapi lihatlah realitanya sekarang bahwa anak-anak yang gak ada uang itu cukup bekerja saja dan sudah maksimal kalau udah tamat SMA.Sedangkan yang punya uang sekolah tinggi-tinggi dan semua keinginan pasti tercapai. Coba lihat hidup kita!” Pendapat temanku Ana.

”Agght... apapun itu! Yang penting kita harus semangat dan tetap berusaha. Jika kita merasa minder dengan kemampuan materi kita. Peluang yang ada pun kita gakbisa melihatnya. Yang penting Optimis sob!” kataku berambisi.

Begitulah aku bisa menjadi motivator untuk teman-teman ku yang putus asa. Aku bisa menjadi tempat mereka bercerita meskipun kadang-kadang aku tak bisa membantunya. Tak apa-apa itu yang penting melihat mereka tersenyum adalah kebahagiaanku juga.

Tapi ketika aku sendiri didalam kamar yang pengap dan gelap aku berfikir tentang apa yang aku bicarakan dengan teman-temanku. Apakah betul begitu? Logika berjalan mencari pembenaran kata itu. Nah, aku dapat! Benar!

Tapi galau selalu ada. Kenapa mesti orang miskin dilarang sakit dan dilarang sekolah??Berarti yang melarat terus melarat yang miskin terus miskin. Yang lemah terus lemah yang kaya terus kaya. Yang kaya terus merasa tak kaya. Abislah sudah hidup jika begitu!

Entahlah...

******

Note : sedang bingung hingga menulispun kayak gado-gado..

Meulaboh,17 Januari 2011

Nasriati




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline