Lihat ke Halaman Asli

Aktivitas Traveling di Tengah Coronavirus

Diperbarui: 24 Maret 2020   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dampak Corona begitu terasa sangat parah dirasakan oleh penduduk di bumi. Hampir segala sektor yang ada semua terkena imbas dari virus ini. meskipun ada beberapa yang malahan mengalami peningkatan seperti peralatan dan perlengkapan kesehatan, namun secara garis besar ekonomi di dunia mengalami kemuduran yang sangat besar. Proses menahan menyebarnya virus ini maupun memulihkan setiap daerah yang sudah terpapar hebat oleh virus ini, sudah pasti akan langsung berdampak pada perekonomian. Ditambah lagi virus ini berasal dari negara yang menjadi pusat perekonomian di dumia, menjadikannya pergeseran perekonomian kearah bawah akan berdampak tidak hanya pada negara yang terpapar virus, namu semua negara yang ada.

Sektor Pariwisata adalah perekonomian yang saat ini sedang menjadi tren hampir semua orang di dunia, terutama di Indonesia. Meskipun belum semua orang yang begitu giat melakukannya, namun hal ini terus melonjak begitu signifikan setiap periodenya. banyak sekali masyarakat yang menyisihkan keuangannya untuk bisa melakukan traveling  terutama di kalangan milenial. destinasi wisata begitu banyak di dalam negeri yang sangat indah, ditambah lagi destinasi favorit mancanegara juga selalu menjadi daya tarik dikunjungi.

Tidak semua destinasi wisata ditutup memang, destinasi yang ada di ujung Indonesia timur seperti di Papua, flores, maupun daerah-daerah lain yang tidak terlalu atau dalam jumlah yang sangat sedikit terpapar virus ini masih terus berjalan dan terbuka untuk pengunjung. Tetapi yang menjadi permasalahan pada ekosistem pergerakan pariwisata adalah pengunjung tertinggi  yang mengunjungi destinasi-destinasi tersebut dalah masyarakat yang berada di zona terpapar seperti di kota-kota besar yang ada di Pulau Jawa. Keinginan untuk mengunjungi sebenarnya masih begitu besar, tetapi banyak kampanye-kampanye yang selalu mengajak untuk tetap melakukan Social distancing, serta tetap berada dirumah dan jangan keluar jika memang bukan sesuatu yang begitu penting. Ini juga membuat mereka para traveler juga sadar betapa pentingnya hal ini. Banyak sekali dari mereka yang sudah melakukan pemesanan elemen-elemen yang mereka butuhkan selama traveling seperti tiket pesawat, penginapan dan lainnya. Mereka yang menyadari penuh tentu akan mengupayakan pembatalan dengan prosedur semaksimal mungkin biaya bisa kembali, karena juga danya berbagai ketentuan refund dari berbagai situs travel partner untuk menahan agar dapat terjaga dan tidak terlalu jatuhnya perusahaan mereka, namun tetap dengan etika yang tidak sangat merugikan berbagai pihak.

Bayangkan jika para traveler ini tetap melakukan perjalanan yang telah mereka persiapkan sebelumnya tanpa ada kesadaran dari mereka akan adanya ancaman yang begitu masif ini. Memang bukan berarti tidak ada yang melakukan perjalanan, ada beberapa yang tetap berpergian hanya karena mereka sangat menyayangkan biaya dan tiket-tiket yang telah mereka pesan, sebut saja contohnya salah satu usaha milik daerah yang ada di Cianjur yang melaukan perjalanan masal ke Eropa, Ironis? Pasti, mereka adalah perusahaan milik pemerintah daerah yang seharusnya juga dapat memberikan contoh pada masyarakat. Namun selain contoh tersebut sudah banyak sekali yang memilih untuk membatalkan perjalanan mereka demi kebaikan bersama. Jika masih sangat banyak orang yang tidak menurunkan ego hanya demi melakukan perjalanan-perjalanan ini, dampaknya pemerataan virus di penjuru dunia tak terkendali, serta sampai kapan bumi yang sudah setengah sakit ini masyarakatya terus merasakan virus pandemi ini.

Di Indonesia saja di negara kita, meskipun banyak orang yang masih belum sadar akan pentingnya social distancing  dan jangan pergi jika tidak penting, tidak kalah juga masyarakat yang lebih memahami pentingnya gerakan ini untuk kebaikan semuanya. Dampaknya sangat terasa di berbagai tempat sektor wisata, seperti Malioboro Jogja, Labuan Bajo, Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Bali, Misool, Derawan, Pahawang, Bunaken, Wakatobi, Candi Borobudur, Candi Prambanan, semua destinasi ini benar-benar mengalami sangat sepinya pengunjung yang langsung berdampak pada perekeonomian stakeholder penggerak di kawasan wisata teersebut meskipun tempat-tempat tersebut belum ditutup secara resmi seperti tempat-tempat wisata di Jakarta. Padahal beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia ini banyak juga yang belum dan harapannya masyarakat tidak terpapar virus corona, namun mereka jelas terdampak juga dari segi perekonomian mengingat para pelancong kebanyakan datang dari daerah yang beberapa masyarakatnya sudah terpapar  salah satu virus pandemi ini.

Bagi yang sudah secara sadar melakukan social distancing di rumah, kita telah melakukan sebuah langkah kecil yang hasilnya akan sangat besar bagi Negara kita. Tetap berdoa, dan melakukan kegiatan produktif dari rumah sepeti merapikaan rumah, menjemur badan, dan berolah raga. Bagi kalian yang gemar melakukan travelling, kalian bisa saling sharing  soal perjalanan kalian melalui blog-blog agar di masa mendatang ketika bumi ini sudah pulih kita bisa kembali melakukan perjalanan berharga hasil dari sharing pengalaman kita sesama pelancong.

Tetap semangat, kita kuat!

#NaskahRasubh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline