45 tahun Sang Buddha membabarkan AjaranNya, sejak Beliau mencapai Pencerahan Sempurna sampai Parinibbana.
Tentunya banyak khotbah-khotbah Dhamma yang telah beliau sampaikan.
Ajaran Buddha tersebut telah dilestarikan secara tertulis dan menjadi Kitab Suci Agama Buddha, yaitu Tipitaka/Tripitaka.
Seperti halnya guru sekolah yang mengajarkan satu bidang pelajaran di level kelas yang sama setiap tahunnya, materi yang diajarkan adalah sama, hanya Murid-Murid kelas tersebut yang berganti.
Begitu pula Sang Buddha, hanya mengajarkan Jalan Untuk Mengakhiri Penderitaan kepada setiap umatNya, yang dikenal dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Sehingga tidak mengherankan bila di dalam Tipitaka, sering kita menemukan materi khotbah yang berulang, karena pendengarnya sudah berbeda.
Sifat pengulangan ini menjadi sangat penting di saat umat Buddha menemukan ajaran yang diragukan sebagai Ajaran Buddha.
Perpecahan Sangha yang terjadi di masa lampau, yang dipimpin oleh murid Buddha yang berkhianat bernama Devadatts, perlu dicermati dan menjadi pertimbangan terhadap munculnya Sutra-Sutra yang Kontroversial, yang sangat diragukan kebenarannya.
Beberapa sutra berikut ini, berdasarkan pertimbangan penulis, merupakan sutra-sutra hasil kreasi dari kelompok pengikut Devadatta:
1. Sadharmapundarika atau Lotus Sutra.
Di sutra ini dipaparkan sebuah cerita yang isinya menyebutkan Devadatta sebagai orang bijak dan akan menjadi Buddha.