Lihat ke Halaman Asli

NASIRUDIN ALMUSTOFA

belum bekerja

Tantangan Pembelajaran Teks Berita Berbasis Culturally Responsive Teaching

Diperbarui: 13 April 2023   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Nasirudin Al Mustofa (S200220004)

Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas Muhammadiyah Surakarta


Materi ajar merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan materi ajar merupakan faktor pendukung yang utama dalam keberhasilan pembelajaran. Materi ajar ini disusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Materi ajar bisa berwujud materi tulis maupun tidak tertulis. Pemilihan materi ajar yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan.

Saat ini guru seringkali menggunakan materi ajar dari buku teks ataupun LKS untuk menunjang pembelajaran. Namun, materi dalam buku yang digunakan dalam pembelajaran tersebut kurang sesuai dengan konteks dan kondisi sosial kearifan peserta didik. Materi ajar yang digunakan saat ini hanya memuat informasi yang berorientasi pada aspek kognitif saja. Hal tersebut membuat materi ajar kurang menarik sehingga membuat peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran

Dalam kurikulum merdeka, guru dituntut untuk membangun karakter peserta didik dengan menerapkan profil pelajar pancasila. Kurikulum merdeka mengedepankan akan pendidikan karakter yang terdeskripsikan dalam profil pelajar pancasila yang diantaranya adalah 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; dan 6) Kreatif. Dalam materi teks berita bahasa Indonesia SMP/MTS kelas VII semester 1 terdapat Kompetensi Dasar: 4.1 Menyimpulkan isi berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar. Indikator dari kompetensi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 4.1.1 Meringkas pokok-pokok isi berita 4.1.2 Menyimpulka n pokokpokok isi berita 4.1.1 Memberikan tanggapan berdasarkan berita yang telah dibaca.

A. Guru Kurang Menerapkan Materi Ajar yang Bervariasi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik mengalami kesulitan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dalam kompetensi dasar 4.1 Menyimpulkan isi berita (membanggakan dan memotivasi) yang dibaca dan didengar. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain motivasi dan minat belajar peserta didik yang masih rendah serta penggunaan materi ajar yang masih kurang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Di beberapa SMP/MTS, guru mata pelajaran bahasa Indonesia hanya mengandalkan materi dari buku paket/LKS. Materi dalam buku percetakaan tersebut masih terpusat pada sumber berita nasional dan terkadang sudah tidak UpToDate. Hal tersebut tentunya membuat peserta didik jenuh dan mereka kurang memahami konteks yang dimaksud dalam kutipan berita tersebut. selain itu, dengan mengacu pada buku paket/LKS saja akan menyebabkan pengetahuan peserta didik terbatas hanya pada materi yang ada dalam buku paket/percetakan.

Sementara itu, dengan menggunaan materi ajar yang sesuai dengan keadaan dan pengalaman peserta didik diharapkan dapat mengatasi kejenuhan peserta didik dalam proses pembelajaran dan dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik. Salah satu upaya untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik dapat melalui materi ajar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti berlatar belakang budaya dan pengalaman sosial peserta didik. Tema pembelajaran berbasis budaya dapat mengangkat nilai-nilai positif yang terkandung di dalam budaya itu sendiri. Secara umum, budaya dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Pembelajaran berbasis budaya adalah pembelajaran yang didasarkan kepada pengayaan nilai-nilai kultural yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran ini mengajarkan peserta didik untuk selalu dekat dengan situasi nyata yang mereka hadapi sehari-hari dan pengalaman bersosialnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru perlu mengembangkan pembelajaran teks berita dengan menggunakan referensi yang bermuatan budaya dan pengalaman berkehidupan peserta didik yang nantinya akan memudahkan peserta didik dalam belajar. Hal ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat menumbuhkan minat peserta didik pada materi teks berita berbasis budaya lokal yang ada di daerah setempat. Selain itu, nilai-nilai budaya lokal tersebut dapat dipahami dan diterapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

B. Culturally Responsive Teaching

Materi ajar berbasis budaya lokal dan pengalam peserta didik ini pada kurikulum merdeka lebih dekenal dengan istilah Culturally Responsive Teaching. Agar dapat menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching maka guru perlu dibekali dengan pemahaman tentang etnopedagogi, agar memiliki gambaran tentang aspek budaya apa yang bisa dipelajari secara bersama dengan materi pelajaran yang akan disusun perangkat pembelajarannya. Dalam pembelajaran Culturally Responsive Teaching ini sangat berkaitan dengan pendekatan etnopedagogi.

Etnopedagogi adalah perwujudan pembelajaran yang bertujuan guna menumbuh kembangkan nilai-nilai budaya lokal. Sebagai pendekatan, etnopedagogi di sekolah perlu diimplementasikan dengan strategi serta media pembelajaran yang inovatif yang bisa menarik perhatian peserta didik guna menguasai serta mengaplikasikan budaya lokal. Menurut karangan Alwasilan menyatakan bahwa budaya daerah adalah kemampuan yang barangkali perlu dimaknai ulang supaya dapat menanggapi tantangan zaman secara fleksibel. Etnopedagogi mempunyai ciri- ciri: (1) bersumber pada pengalaman, (2) sudah diuji secara empiris selama bertahun-tahun, (3) bisa disesuaikan dengan budaya modern, (4) melekat dalam kehidupan individu serta institusional, (5) rata-rata dilakukan oleh pribadi serta kelompok, (6) bertabiat dinamis, serta (7) terpaut dengan sistem keyakinan.

Dalam konteks yang lebih spesifik, Culturally Responsive Teaching menekankan pada pendidikan yang senantiasa memperhatikan nilai-nilai budaya lokal dengan memperhitungkan aspek budaya global. Lewat metode ini, etnopedagogi perlu menciptakan ruhnya guna meraih tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, Culturally Responsive Teaching bisa berperan dalam pendidikan berbasis nilai-nilai budaya pembelajaran dalam konteks "mengajar sebagai kegiatan budaya". Etnopedagogi, di sisi lain juga menyokong peserta didik yang mempunyai kemampuan, terutama kecerdasan budaya, guna meraih tujuan belajarnya.

C. Teks berita berbasis Culturally Responsive Teaching

Teks berita berbasis Culturally Responsive Teaching memiliki peran penting dalam menjaga warisan budaya dan mengembangkan pemahaman peserta didik terhadap budaya yang ada. Melalui pemberitaan tentang kegiatan budaya, media massa dapat mempromosikan pengakuan dan penghargaan untuk seni dan tradisi lokal. Dengan cara ini, teks berita berbasis Culturally Responsive Teaching dapat membantu dalam pelestarian warisan budaya dan mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan budaya.

Culturally Responsive Teaching pada pembelajaran teks berita ini dapat diterapkan dengan cara guru mengamati terlebih dahulu latar elakang budaya peserta didik. Selanjutnya guru dapat mencari bahan referensi bacaan berita terbaru berbasis budaya yang ada di internet. Misalanya jika peserta didik berasal dari suku Jawa dan bertempat tinggal di sekitar Solo raya, maka guru dapat mencari berita tentang budaya Suranan dan Skaten yang umumnya telah dikenal peserta didik. Kemudian dari berita tersebut nantinya dapat digunakan oleh guru sebagai materi pemantik ketika pembelajaran teks berita berlangsung.

Adapun setelah dilakukan pembelajaran teks berita berbasis Culturally Responsive Teaching, maka ditemukan beberapa hal baru yang menjadi bahan evaluasi bersama. Yakni, terdapat masalah berupa bias budaya dan kesulitan dalam menjangkau budaya kelompok lain. Artinya, jika guru kurang hati-hati dalam menggunakan materi ajar berbasis budaya maka peserta didik hanya memahami budaya lokal dan kurang memahami budaya kelompok lain. Hal ini dapat mengganggu kesetabilan toleransi antar budaya dan masyarakt di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, guru dalam memilih materi ajar teks berita berbasis Culturally Responsive Teaching perlu memilih berita yang paling tepat dengan menempatkan kepentingan masyarakat dan keadilan pada posisi yang lebih tinggi.

Kesimpulannya, teks berita berbasis Culturally Responsive Teaching dapat memberikan banyak manfaat dalam pelestarian warisan budaya, pengembangan pemahaman antar budaya, dan promosi citra positif sebuah komunitas atau negara. Namun, guru perlu memilih materi ajar yang digunakan secara tepat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline