Lihat ke Halaman Asli

Mbappe dan Kaki Ajaib

Diperbarui: 1 Juli 2018   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak digelar pesta piala dunia 14 Juni lalu, sepak bola menjadi Tuhan 90 menit bagi para fans di seluruh dunia. Perhelatan empat tahun ini, dalam tulisan awal saya, saya mengambil topik Indonesia dalam kepungan "kolonialisasi"  piala dunia.
Trend sepak bola tentu tak bisa dilepaspisahkan dari pemain, pelatih dan penonton. Banyak yang harap-harap cemas. Frase pulang kampung juga menjadi poster lisan yang banyak didengar.
Tentu, sungguhan sepak bola akan terasa masuk ke jiwa lalu mempengaruhi pikiran, akan tampak bilamana kita menyaksikannya keseluruhan play offnya  tanpa meninggalkan jeda menitnya.
Tak kebetulan, 32 negara peserta piala dunia, tak begitu banyak memberiku pilihan untuk memilih antara satu. Sebab, bagiku, sepak bola bukan soal nama, melainkan peran.
Itulah kiranya yang kuambil inti sarinya malam ini, pertandingan antara Argentina dan Perancis tadi yang berakhir skor 4-3 ( Perancis-Argentina) Secara di atas kertas, prediksi kemenangan dewi fortuna ada pada Argentina, why? Cause, negara ini sudah mendulang sebagai the champion sebanyak dua kali ( 1978 dan 1986) Sementara, Perancis hanya satu kali yaitu tahun 1998.
Hal tersebut diperkuat oleh statistik bahwa tim tango masih super daripada les bleus. Mengapa? Simaklah, dalam Laga persahabatan (2009 ) Prancis tekuk 0-2 Argentina. Laga persahabatan (2007) Prancis kalah 0-1. Lalu,  Piala Dunia (1978) Argentina mencundangi Prancis 2-1. Hattrick kemenangan Argentina pun juga Piala Dunia 1930 (Argentina 1-0 Prancis) dari kumpulan tersebut, wajar quick qount berbagai media berasumsi pertemuan raja-raja lapangan hijau akan dimenangkan oleh Messi dkk.
Tapi, ini bola. Menurut beberapa ahli, bola itu bundar bisa biking blunder. Itulah yang terjadi. Hugo Lloris dkk, malam ini membuktikannya bahwa kutukan bisa berubah anugerah.
Kemenangan sengit, skuad Ayam Jantan Eropa ini, tak bisa dilepaspisahkan oleh kaki-kaki ajaib para pemainnya. Salah satu yang terlihat ialah Mbappe.
Pria asal Nigeria ini, menunjukkan kehebatannya dalam mengepung barisan belakang tim Maradona. Kepungan itu begitu dahsyat manakala gol Perancis dicetak melalui eksekusi penalti Antonie Griezmann pada menit ke-13. Hukuman itu diberikan karena Mbappe dilanggar di kotak terlarang. Lagi-lagi Mbappe.
Pria 19 tahun ini benar-benar menunjukan kehebatannya. Gawang lawan dibuat tak berdaya akibat muntahan skillnya. Muntahan gaya kinestiknya pemain Paris Saint-Germany ini mengingatkan kita pada aksi heroik Andik Vermansyah, peraih penggol terbaik pada piala AFF 2016.
Mbappe mungkin tidak sehebat Messi, Ronaldo, Neymar dll, tetapi Tuhan telah berkata lain, dia berhasil menyakinkan publik benua biru, Perancis masih bisa menyandang jargon Ayam Jantan dan memastikan mengambil alih sejarah.
Tentu itu bukan hal mustahil. Pada prinsipnya, dibalik kesungguhan seseorang, ada sebuah tujuan mulia yang ingin dicapai. Untuk itu, saya langsung menklik namanya di google, siapa itu pemilik punggung 10?
Nama lengkapnya, Kylian Mbappe. Ternyata sebelum pergi ke Rusia, Mbappe dkk telah bernazar untuk seluruh gaji dan bonus yang akan didapat selama piala dunia akan didonasikan untuk aksi kemanusiaan.
Dilansir oleh L'Equipe, penyerang Prancis itu sudah menunjuk yayasan bernama Premiers de Cordee yang fokus kepada layanan untuk anak-anak dan kaum difabel, sebagai penerima donasinya.
Bahkan konon, gelontoran fulus yang diberikan FFF apabila tim asuhan Didier Deschamps sukses menjadi kampiun Piala Dunia 2018, nominal uang yang masuk ke kantong masing-masing pemain menembus angka 300 ribu euro (sekitar 5 miliar rupiah)
"Bermain di ajang sekelas Piala Dunia adalah sebuah kebanggaan tersendiri untukku. Rasanya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Terus terang saja, ada uang yang berkelindan di situ (bonus dan sebagainya). Namun hal itu bukan prioritas utama sehingga aku berencana untuk mendonasikannya", papar pemain kepunyaan berdarah Afrika.
Kepercayaan diri dan komitmen itulah yang membuat si pemilik kaki ajaib beserta teman-temannya berhasil menggoyang pertahanan Argen. Sebelumnya publik menyinyir mereka, karena sepanjang babak penyisihan grup kemarin, dinilai jauh dari kata paripurna sehingga mengerdilkan status favorit juara yang mereka sandang bersama negara-negara adidaya lain seperti Argentina, Brasil, Inggris, Portugal, dan Spanyol.
Perlu diketahui, berdasarkan statistik  Argentina lebih unggul dalam penguasaan bola dengan 62 persen, sementara Perancis hanya mendapatkan 38 persen penguasaan bola, itu pada babak pertama. Babak kedua, tentu yang lihat ialah siapa yang menang? Dan Mbappe skuad, they are winners.
Ada lagunya untuk mereka yang selalu punya tujuan dan keras keras:
Semua karena cinta,
Kami disini karena cinta,
Kami berdiri karena cinta,
Karena Mbappe, Prancis menang.
Ini karena Tuhan cinta. 

So#JanganNontonBolaTanpaKacangGaruda#PialaDunia2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline