Lihat ke Halaman Asli

"The Power of Kepepet"

Diperbarui: 4 Desember 2017   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The Power of Kepepet"

Banyak tugas, seabrek amanah, sibuk bawa capek. Tugas jadi terbengkalai, waktu terbuang percuma, tubuh jadi lunglai. Mata tak tahan lelah. Badan pun terlunjur ketika bulan sedang bernyanyi.

Tapi jangan khawatir, sebanyak apapun tugas itu, pasti on time juga terselesaikan kan? Yah. Walaupun ada catatan-catatan kecil bertinta merah. Tetap saja akan menjadi angin lalu. Terpenting adalah tugas diselesaikan. Walau injury time didepan mata, wajah tetap segar menghadap sang "juru nilai".

Benar kata orang, manusia itu tempat segala khilaf bin salah. Tak jarang kita temukan, manusia yang sudah salah, tak mau kalah.

Kembali ke soal judul, dalam teori manajemen, kita kenal ada tahapan-tahapan dalam memulai sebuah "gagasan baru". Mulai melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan hingga  evaluasi sebagai tahap akhir.

Itu teori murni manajemen. Namun dalam realita, kita temukan skala manajemen kontekstual. Manajemen yang terbentuk karena sebab atas fakta tertentu. Faktanya, manajemen penjelasan paragraf keempat kadang dianggap kaku dan terlalu ruwet.

Sehingga lahirnya, konsep-konsep manajemen yang bukan berorientasi pada proses, melainkan pada hasil. The powerofkepepet salah satunya.

The Power of Kepepet, Apa Itu?

Model manajemen ini ada karena manusia hidupnya suka tergesa-gesa. Suka pangku tangan. Tak mau hidup bertahap. Maunya sekali lahap. Asal sampai.

Makanan saja kalau sekali lahap, akan berakibat fatal pada proses pencernaan. Apalagi, jika sebuah tanggung jawab yang sering tertunda-tunda karena tidak memprioritaskannya. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi banyak.

Salah satu postingan di facebook, "menunda wisuda artinya menunda satu langkah masa depan. " Jika kita menarik penjelasan dari ide status ini, kita akan menjadi manusia sadar, yang hidup karena tau tujuan hidup. Bukan hidup hanya tau sekedar makan dan tidur. Kata Buya Hamka,"Kalau hidup sekadar hidup, Babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, Kera juga bekerja."

Manajemen of kepepet, bukan hadir karena kantong kering. Bukan pula karena terkendala waktu dan kapasitas. Melainkan karena waktu yang disediakan cukup banyak, tetapi tidak konsisten dengan nasehat waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline