Lihat ke Halaman Asli

Tidak Terkalahkan Tapi Kalah

Diperbarui: 26 Agustus 2017   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Nasir lewat Nonton Streaming

Pujian terhadap timnas Indonesia hilang obsesi ketika publik menerima kenyataan kalah 0-1 dari Malaysia. Rekor tak terkalahkan menjadi angin sepoi yang menidurkan punggawa timnas. Mungkin seperti itu?

Sebagai suporter yang sangat narsis terhadap sepak bola tanah air. Menjadi luntur kepercayaan terhadap timnas. Tapi tak mengapa, maybe sudah takdirnya Indonesia harus hengkang dan menambah poin kalah terpanjang dalam adu duel melawan tuan rumah: Negeri Jiran.

Jika dilihat dari komposisi pemain, Indonesia mempunyai energi survive yang sangat luar biasa. Namun, karakter bermain bintang belum bisa dilepaspisahkan dari kondisi yang ada. Padahal sepak bola bukan hanya saja soal tendang dan sepak. Tapi insting the winner harus menjadi aura tim dalam mencapainya.

Lalu pertanyaan, setelah timnas kalah. Apa yang harus dilakukan Indonesia? Memaki-maki wasit dan penyelenggara? Saya kira tidak. Berkaca dari Film Cahaya Dari Timur. Film yang menceritakan tentang optimisme persepakbolaan tanah air, harus menjadi tanda baik ke depan.

Sebagai orang Indonesia, luwes tingkahnya, sopan tutur katanya, tetap menjadi bangsa yang lapang dada. Bahwa dalam persepakbolaan tidak ada yang abadi. Kemenangan itu tidak serta merta membuat kita di atas angin.

Melainkan hakikat permainan ini adalah kekompakan tim, kesaling percaya tim dan cinta tanah air menjadi nilai tersendiri bagi masa depan olahraga lapangan hijau ini.

Indonesia punya big dream ke piala dunia lewat sebuah film Hari Ini Pasti Menang. Tapi itu dipahami bukan sekedar halusinasi, melainkan impian bersama. Semua itu bisa tercapai bilamana ruang perencanaan, proses dan evaluasi bisa berjalan dengan baik.

Timnas Indonesia sesungguhnya punya cerita baik. Hanya saja, kita perlu bersabar dalam ajang kali ini. Mungkin Tuhan belum mengizinkan kita menang dalam cabang olahraga ini. Jangan sampai pesta kemenangan emas melupakan hutang dan beban negara.

Kita perlu berpikir positif saja. Peluang menang kalah itu hal yang biasa dialami oleh banyak tim dari berbagai negara. Lihatlah negara-negara pemilik emas piala dunia, mereka pun sempat menikmati asamnya lapangan hijau, akhirnya manisnya bisa juga diraih.

Olehnya itu, mari kita menjaga. Menjaga timnas kita dari kampanye miring. Sesungguhnya kekalahan sejati adalah ketidakpekaan kita pada hati nurani. Selamat beristigfar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline