Lihat ke Halaman Asli

Qadarullah, Aku Memilihmu Ukhty

Diperbarui: 14 Juni 2017   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesungguhnya wanita adalah belahan yang tidak terpisahkan dari lelaki( HR. Ahmad & Al Baihaqi)

Setiap manusia dilahirkan dengan cinta. Cinta adalah pandangan abstrak. Tak ada ahli yang bisa mendefinisikan kata itu dengan pasti. Sebab cinta hadir dalam gejala sosial. Dinamis.

Hadits di atas mengisyaratkan kepada manusia, takdir berpasangan itu tetap terjadi. Terjadi. Kita tidak boleh bertanya kapan. Tetap terjadi. Disini perlu konsep kesabaran dalam menentukan sikap. Setiap penciptaan ada pasangannya. Siang dan malam, satu permisalannya.

Ketika seseorang telah mengatakan "kata" itu kepada pilihan hatinya. Dia harus bertanggung jawablah atasnya. Siap berdiri dalam keadaan susah dan senang. Karena telah bersedia memilih.

Sebagai manusia, kita tidak boleh pandai menulis puisi cinta di atas khayalan kosong. Tunggu saja pertemuan cinta itu, disaat itulah puas-puaslah menulis kata cinta. Karena disitu, cinta dibangun.

Cinta bisa menjadi sebuah berkah dan kebenciaan. Tergantung siapa yang pemiliknya. Banyak yang jatuh karena fenomena cinta. Bahkan bunuh diri. Tak ayal, aqidah dijual di dukun karena ingin menentukan jodohnya.

Cinta adalah panggilan belahan jiwa kata Anis Mata. Dalam bukunya serial cinta halaman 37-38 ada kutipan syair Jalaludin Rumi: "kebijaksanaan illahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai satu sama lain. Karena takdir itulah setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya. Dalam pandangan orang-orang bijak langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan oleh langit.

Lanjut Rumi," jika bumi kekurangan panas maka langit mengirimkan panas kepadanya, jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembaban, langit segera memulihkannya. Langit memanyungi bumi layaknya seorang suami yang menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan.

Sementara sebagai orang-orang beriman, kepercayaan terhadap takdir merupakan sebuah bentuk soal keimanan sebagaimana diajari kita untuk mengimani qadha dan qadhar. Dan jodoh, cinta menyatu merupakan implementasi keimanan itu.

Kendatipun cinta dirasa sulit merasai, kita tidak boleh terjebak dalam ketidaksempurnaan manusia. Cinta itu harus dijaga. Ikatlah dia sekuat mengikat tali kuda. Sehingga ketika diberikan pula kepada yang berhak, manakala cinta itu masih utuh dan murni.

Tak ayal, sebagai manusia perasaan luapan cinta kadang menjadi sumber fitnah. Padahal, sesungguhnya cinta itu adalah ruh jiwa. Tidak ada yang boleh menyalahkan rasa cinta seseorang kepada seseorang yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline