Lihat ke Halaman Asli

Menanti Koalisi PDIP-PKS Maluku

Diperbarui: 2 Maret 2016   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak mungkin

Itulah penggalan frase yang akan terlintas di pikiran pembaca sebelum menyempurnakan satu demi satu kata yang dituliskan oleh penulis. Tapi, apa yang tidak mungkin di dunia ini? Semua mengikuti irama zaman. Sehingga kadang nafas zaman tak seelok dengan teori para pakar politik, pakar teknologi sekalipun. Sebab, zaman selalu berubah. Zaman selalu membangkitkan karya baru. Zaman selalu menganvaskan lukisan terfenomenal, sefenomenal lukisan Leonardo da Vinci; Monalisa di abad 16. Sebab, zaman akan selalu mengikuti takdir matahari. Selalu terbit, bersinar terang, gelap karena mendung dan bahkan tenggelam. Itulah perubahan.

Perubahan, sebuah kata yang lahir dari sebuah kepahaman visi, kedalaman pandangan dan kejernihan jiwa untuk melakukan yang terbaik. Sekata dengan ini, Barack Obama pun mengatakan, “ the world changes, and we must  change with it ( dunia terus berubah dan kita harus berubah bersama perubahan itu). Tentu, perkataan sang presiden negara adikuasa ini adalah sikap cermat beliau dalam melihat segala fenomena yang terjadi di seantero belahan dunia. Bahwa perubahan selalu hadir dan melahirkan new world sebagai tatanan baru dalam episode dunia. Hal tersebut bisa terwujud dalam dunia perpolitikan.

Dunia politik pasca reformasi telah mengerus fikiran dan tenaga rakyat Indonesia. Konsep demokrasi seperti dicita-citakan Bung Hatta yakni demokrasi humanis menjadi demokrasi hedonis; foya-foya. Demokrasi kebangsaan yang seharusnya meletakkan rakyat sebagai protagonis. Malah menjual- belikan suara rakyat. Akibatnya demokrasi berjalan setengah hati.

 Parpol pun selalu mengalami masa stagnan, karena selalu melihat ke belakang dan masa lalunya, tanpa melihat masa depannya. Padahal, masyarakat mendambakan sebuah perubahan baru, yakni terbebas dari belenggu masa lalu dan bersama-sama berjuang untuk hari esok. Sebab, Indonesia milik kita bersama.  

Begitupun dengan tanah yang diberkahi Tuhan; alamnya yang termasyhur sejak dahulu kala, Maluku. Maluku di tahun pesta rakyat jilid II ini diikuti oleh 4 kabupaten dan 1 kota yakni Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, Ambon, Buru, dan Maluku Tenggara Barat. Pesta pilkada serentak jilid II yang akan berlangsung Februari 2017 bisa menjadi sebuah kebangkitan momentum dan melahirkan new Moluccas, tergantung gagasan para politisinya yang bernaung di bawah payung parpol. Momentum ini adalah pesta terbesar di jagat tanah para raja-raja. Sebab diikuti oleh 5 daerah dari 11 kabupaten/kota. 

Sejauh ini, parpol memegang kendali dalam menciptakan era baru dan stabilisasi pemerintahan. Nah, senada dengan itu, kehadiran pemimpin lokal baru lewat drama pilkada ini mesti diikuti dengan sikap berani parpol untuk membuka dan terbuka dalam mengusung calon bupati/ wakil bupati, walikota/wakil walikota ke depan. 

Kiranya UU no 8 tahun 2015 tentang pilkada telah memberikan gambaran bagaimana seharusnya parpol mengambil sikap yang bijak. Bijak dalam artian, dalam tahapan seleksi calon bupati/ wakil bupati, walikota/wakil walikota, haruslah melihat tingkat intelektual; penguasaan konsep yang matang dan tearah, dan elektabilitas; mampu berkomunikasi sampai ke akar rumput dan kalangan elit.

Berkenan  dengan hal tersebut, di Maluku, PDIP yang selalu diidentikan dengan Nasrani bukan menjadi soal ketika berkoalisi dengan PKS yang selalu diidentikan dengan Islamis. Namun, disitulah new equilibrium peradaban akan terbentuk. Sudah saatnya kedua partai ini membuka diri dan membuat hentakan sejarah di negeri raja-raja ini. Sudah lama kondisi provinsi kepulauan masih statis dalam dunia perpolitikan. 

Sudah saatnya wajah politik negeri 1000 pulau yang terlihat suram, menaik. Sehingga tak ada lagi stigma PDIP itu begini, PKS itu begitu.  Sebab PDIP itu partai marhaens, partai wong cilik,  sebab PKS itu partai  religius modern, membawa misi berkhidmat untuk rakyat. Melahirkan koalisi rakyat. Lintas etnis. Sebab, kedua partai ini dilahirkan dari rahim NKRI dan berkembang di tanah basudara; Pela Gandong.

Bukan tak mungkin. Kita bisa menyaksikan diantara semua partai yang ada, betapa kekuatan akar rumput kedua partai ini sangatlah kokoh, bahkan pola komunikasi kedua partai ini di kalangan elit pun terjaga sangat baik. Juga dengan kekuatan parleman yang utuh dan solid. Sebagaimana kita ketahui, kedua partai telah menjadi partai penguasa di gedung senayan Karang Panjang Ambon. Artinya, seluruh komponen masyarakat Maluku telah memberikan kepercayaan utuh pada kedua partai tersebut. Bahkan sampai ke tingkat perebutan kursi “ kepemimpinan” pun masih tetap terjaga keromantisan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline