Lihat ke Halaman Asli

M. Nasir

Pegiat Lingkungan Hidup

Part 1 Perjuang Majeh dan Tgk Matang

Diperbarui: 27 November 2023   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majeh dan Pak Jeh saat Wisudah M. Nasir (dokumen pribadi)

Majeh, seorang perempuan hebat yang lahir disalah satu desa (gampong) Buloh Bereughang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Nama aslinya Nurkasyah, beliau anak tertua dari tiga bersaudara dari pasangan Abdullah dan Aminah. Majeh merupakah nama panggilan untuknya oleh kalangan cucu, juga kalangan warga. Namun selain Majeh, ada juga yang memanggil Wa Nu, Kak Nu, Da Nu, Ma Kari, hanya sebagian cucu yang memanggilnya dengan sebutan Nek Ghang (Nenek Bereughang). Majeh lahir sekitar tahun 1952 atau tujuh tahun setelah Indonesia Merdeka.

Sekitar tahun 1968 atau disaat berusia 16 tahunan, Majeh menikah dengan seorang pemuda Muhammad Kasem. Dari pernikahan tersebut, Majeh melahirkan seorang anak laki -- laki tampan dan diberi nama Bukhari, tepatnya pada 25 November 1969. Namun pernikahan tersebut tidak berlangsung lama, Majeh pisah dengan Muhammad Kasem. Tidak ada cerita lengkap bagaimana kisah kehidupan keluarga Majeh dengan Muhammad Kasem yang membuat mereka harus mengakhiri hubungan keluarga, dan Bukhari yang masih bayi tinggal dan dibesarkan oleh Majeh.

Sekitar tahun 1971, Majeh menikah menikah dengan seorang pemuda yang tidak kalah tampan dengan Muhammad Kasem, yaitu Abubakar. Abubakar lahir dan aslinya berasal dari salah satu desa pedalaman di Matangglumpangdua, tepatnya desa Alue Iet. Matangglumpangdua awalnya bagian dari Kabupaten Aceh Utara, namun pada tahun 1999 terjadi pemekaran menjadi salah satu daerah dalam Kabupaten Bireuen. Sedangkan Muhammad Kasem juga menikah kembali dan tinggal di desa Lamkuta, yang merupakan desa tetangga dengan Majeh.

Tidak ada perjumpaan awal antara Majeh dengan Abubakar kala itu. Berdasarkan pengakuan Majeh, tiba -- tiba ayahnya Abdullah memberitahukan kepada Majeh bahwa malam ini pulang Linto Baro (Mempelai Laki -- Laki), beliau telah dinikahkan dengan Abubakar. Kala itu Abubakar tidak tinggal di Matangglumpangdua, namun masa kecilnya sampai dewasa hidup bersama familinya di Paloh, Lhokseumawe. Tidak mendapatkan kisah bagaimana perjumpaan antara orantua Majeh dengan Abubakar sehingga sepakat untuk dinikahkan dengan Majeh yang saat itu berstatus janda anak satu. Akhirnya Majeh bersama Abubakar menjalani hubungan keluarga sampai tahun 2018, karena tepatnya pada 12 Februari 2018 Abubakar meninggal dunia.

Berdasarkan pengakuan beberapa warga dan keluarga yang di Alue Iet, sebenarnya nama asli beliau bukanlah Abubakar, tapi Ibrahim. Sehingga saat pulang ke Alue Iet, warga disana memanggil Abubakar dengan panggilan Bang Him/Ibrahmi.

Ketika Abubakar masih kecil tinggal bersama familinya di Paloh sering sakit - sakitan, sehingga familinya menggantikan nama beliau menjadi Abubakar. Tapi ternyata saat nama tersebut melekat menjadi namanya, ternyata punya kesamaan nama dengan adik beliau yang lain ibu, yaitu Abubakar juga. Adik beliau sebelum almarhum tinggal di Gampong Raya (Glee Kapai), Matangglumpangdua, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen. Orang lebih mengenalnya dengan panggilan Toke Baka. Dipanggil Toke Baka karena dia berdagang pinang. Kemudian adiknya menikahi seorang gadis asal Medan, Sumatra Utara. Toke Baka menetap dan meninggal di Medan, sampai akhir hayatnya tidak memiliki anak dari perkawinan tersebut.

Teungku Matang

Teungku (Tgk) merupakan sebutan umum untuk orang lelaki di Aceh, sedangkan Matang merupakan sebutan untuk nama daerah Matangglumpangdua, jadi Teungku Matang (Teungku dari Matang). Itulah kemudian selama Abubakar berkeluarga dengan Majeh di Buloh Beureughang orang -- orang memanggilnya dengan sebutan Teungku Matang. Selain panggilan Teungku Matang, sebagian orang juga memanggilnya dengan sebutan Wak Baka, Teungku Baka, Apa Baka (Paman Baka), Yah Kari (Ayah Bukhari), Baka Asmara, dan Pak Jeh nama panggilan oleh Cucu.

Perjalanan rumah tangga antara Teungku Matang dengan Majeh dikaruniai tujuh orang anak, yaitu Israwati (1972), Idarbaiti (1975), Marlina (1979), Mustafa (Alm), Ellyani (1980), Muhammad Nasir (1984), dan Ayunika (1995).

Teungku Matang bersama Majeh tidak mengemban pendidikan akademik yang memadai. Selama berkeluarga hidupnya berpindah -- pindah. Diawal -- awal pernikahan pernah tinggal di Alue Iet dan saat itu Majeh berprofesi menjadi penjual gorengan sebagai sumber ekonomi keluarga. Lama juga tinggal berladang di Alue Buloh, Buloh Bereughang. Tinggal di wilayah transmigrasi Sidomulyo, dan sejak tahun 1989 sampai akhir hayatnya menetap di Mns. Meuria yang merupakan tempat kelahiran Majeh.

bersambung...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline