Lihat ke Halaman Asli

M. Nasir

Pegiat Lingkungan Hidup

Cerita Kopi Aceh

Diperbarui: 20 November 2023   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Warung Kopi Sanusi di Simpang Empat Merduati (sumber: M. Nasir)

Kopi merupakan komoditas unggulan di Aceh, khususnya di daerah dataran tinggi Gayo. Selain di Gayo, kopi juga dihasilkan dibeberapa daerah lain, seperti Pidie, Aceh Jaya, Aceh Utara, Nagan Raya, dan beberapa daerah lainnya di Aceh.

Tidak heran kemudian jika semua pelosok Nanggroe Aceh terdapat warung kopi, dengan ragam racikan cita rasa. Warung kopi diperkotaan didesain ala cafe modern mengikuti perkembangan. Ada juga yang mempertahankan model warung kopi kampung, meskipun berada di pusat kota, misalnya Warung Kopi Sanusi di Simpang Empat Merduati.

Bagi masyarakat Aceh, warung kopi sebagai tempat diskusi dan membicarakan berbagai persoalan. Misalnya, isu politik, ekonomi, sosial, dan tempat silaturahmi dengan rekan dan kerabat.

Tanpa kopi tanpa energi. Tidak sedikit masyarakat Aceh yang tidak konsentrasi dalam bekerja ketika belum minum kopi. Bahkan terkadang urusan pekerjaan diselesaikan di warung kopi.

Ada yang hanya cukup satu gelas perhari, ada juga yang butuh beberapa gelas dari pagi sampai malam hari.

Bagi masyarakat Aceh, minum kopi dilakukan oleh lintas generasi, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak heran jika Perempuan juga berada di warung kopi, namun kondisi ini khusus di kota.

Untuk jenis kopi secara umum ada dua, yaitu kopi robusta dan Arabika. Kopi Robusta (nama Latin Coffea canephora atau Coffea robusta) merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora. Jenis kopi ini tumbuh baik di ketinggian 400--700 m dpl, temperatur 21-24 C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman.

Dikutip dari gordi.id Sedangkan kopi Arabika adalah jenis kopi yang berasal dari dataran tinggi Ethiopia Barat. Kenapa namanya disebut Arabika? Menurut sebuah sumber, kopi ini dinamakan Arabika karena pada abad ke-7, biji kopi ini dibawa sebuah daerah dataran rendah di Arab.

Umumnya jenis kopi ini tumbuh pada ketinggian sekitar 3.000-7.000 kaki di atas permukaan laut. Daerah subtropis adalah daerah yang ideal untuk kopi Arabika, karena umumnya daerah tersebut punya tanah gembur (atau tanah vulkanik), curah hujan merata, serta sinar matahari cukup, yang membuat Arabika dapat tumbuh dengan baik. Namun, Arabika adalah jenis kopi yang tidak mudah untuk dirawat. Tanaman kopinya cukup rentan terhadap hama dan penyakit.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline