Lihat ke Halaman Asli

Tanggapan atas "Kebenaran Ahmadiyah menurut Perspektif Sosio-Politik-Religius" oleh Anindya Gupita Kumalasari

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Tanggapan Atas "Kebenaran Ahmadiyah Menurut Perspektif Sosio-Politik-Religius" oleh Anindya Gupita Kumalasari


Sebelumnya silahkan lihat tulisan pada tautan berikut : http://hankam.kompasiana.com/2013/05/20/kebenaran-ahmadiyah-menurut-perspektif-sosio-politik-religius-561697.html

Tulisan diatas bisa ditarik 2 kesimpulan:

1. Penulis menyimpulkan bahwa Ahmadiyah adalah ajaran pesanan yang dibuat oleh Inggris.

2. Kekerasan bukanlah jalan yang tepat untuk menyelesaiakan persoalan Ahmadiyah.

Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap penulis, artikel diatas ditulis tanpa pendalaman sejarah dengan baik. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya sumber rujukan yang dicantumkan oleh penulis

Terlalu tergesa-gesa bila kita menyimpulkan bahwa dikarenakan Mirza Ghulam Ahmad melarang jihad fisik terhadap Inggris lantas sah saja saja kita anggap beliau meruapakan antek/boneka Inggris. Terlalu gegabah juga bila kita berpendapat bahwa hanya Mirza Ghulam Ahmad dan pengikutnya saja yang berpendapat demikian. Berikut beberapa pendapat Ulama saat itu yang berpendapat sama dengan Mirza Ghulam Ahmad:

  1. Pernyataan Sayyid Ahmad Brelwi

    "Walaupun Pemerintah Inggris mengingkari Islam, tetapi mereka sedikitpun tidak berbuat zalim dan aniaya terhadap umat Islam. Dan tidak pula mereka melarang umat Islam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama serta peribadatan-peribadatan pokok. Kita secara terbuka melakukan dakwah dan tabligh di kawasan pemerintahaan mereka, tetapi mereka tidak melarang maupun menghalangi. Justru jika ada yang berbuat aniaya terhadap kita, mereka siap untuk menghukumnya. Tugas utama kita adalah menyebarkan Tauhid Ilahi dan menghidupkan Sunnah Sayyidul Mursaliin. Jadi, kita melakukan hal itu tanpa hambatan di negeri ini. Lalu, dengan alasan apa kita harus melakukan jihad terhadap mereka? Dan bertentangan dengan ajaran agama, [dengan alasan apa] kita harus menumpahkan darah di kedua belah pihak ?" (Suwanah Ahmadi, Maulwi Muhammad Ja'far Thanisry, h.71).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline