OLEH: SALFADILLA NASHWA SULAEMAN
Pip pipp pipp pip piiipp piippp... Terdengar sayup-sayup suara alarm handphone, kujularkan tanganku dari dalam selimut meraih handphone ku yang berada diatas meja, tepat disamping kasur tidurku. Suara alarm itu tidak cukup membangunkanku, dinginnya udara pagi hari yang menyentuh pergelangan tanganku, membuat aku menarik selimutku kembali.
Grrekkk.. suara pintu yang terbuka itu, sedikit ku dengar. Dap dap dap..., terdengar suara langkah kaki seperti berjalan kearah kananku, berjalan kearah jendela kamarku, sepertinya aku paham dia siapa. Sudah jelas itu pasti mama yang akan membangunkanku. Dan benar saja, pancaran sinar matahari dari balik gorden kamarku, menusuk mataku yang masih terpejam lelap.
"Venus, ini jam berapa. Kamu itu hari ini sekolah loh, kamu lupa, apa pura-pura lupa ha?" Kata mama yang sambil menarik selimutku
"Aduh ma, ini jam berapa sih, masih pagi banget, jarak sekolah sama rumah itu ga sejauh Jakarta Bandung", kataku sambil merebut selimut ku dari tangan mama.
"Ampun deh Ven, iya sekolahan mu ga sejauh Jakarta Bandung, tapi kalo kamu berangkat jam 06.30, perjalanan bakal kerasa Jakarta Jogja, macet banget dijalanan. Udah buruan sekarang bangun", jawab mama sambil menarik kedua tanganku hingga aku terduduk.
"Iya iya deh nyonya besar," jawabku sedikit kesal.
Aku berjalan mengambil handukku dan bergegas untuk mandi. Tidak sampai 40 menit, aku keluar dari kamar mandi dan mulai untuk bersiap. Ku sisir rambutku, dan aku roll poniku. Toner, pelembab, sunscreen, bedak, penyisir alis, dan lipbalm, secara bergantian aku gunakan. Itu adalah ritual terpenting ku di pagi hari. Dan tak lupa sentuhan terakhir nya adalah catok rambut.
"Venus!! Cepetan turun kamu belum sarapan, ini udah jam 6.30, mama kan udah bilang, jalanan bakal macet kalo kamu baru berangkat sekarang" Teriak mama dari ruang makan bawah.
Ku helakan napas sambil sedikit bergerutu pelan, "mama ini kenapa si, sewot aja dari tadi. Kan sekolah juga diantar kang Adi, mana mungkin telat, lagian pake motor bisa nyelip-nyelip. Toh kalau telat yang kena hukuman kan aku bukan mama"
Aku mulai keluar kamar sambil berjalan santai menuju lantai bawah untuk sarapan. Saat diruang makan aku melihat pintu yang berada di samping kanan dapur terbuka, sepertinya mama sedang mengambil cabai di kebun kecil belakang rumahku. Aku tak menghiraukan pintu yang terbuka itu, aku segera mengambil sereal makananku dan susu putih kesukaanku.