Lihat ke Halaman Asli

Musuh-musuh 'Khazanah' Tauhid

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terlepas masih adanya kekurangan di sana sini, apapun, acara Khazanah Trans 7 telah berupaya menyampaikan kebenaran berdasarkan dalil Alquran dan Sunnah, tanpa sedikitpun menghujat/menyinggung kelompok tertentu, Namun telah menjadi sunnatullah, Allah telah menetapkan adanya musuh-musuh yang senantiasa menghalangi dakwah menuju tauhid dan upaya-upaya untuk memurnikan syariat Islam. Mereka bisa datang dari kaum kafir ataupun dari kalangan kaum munafiqin yang memakai baju Islam yang merasa terusik kepentingannya dan khawatir terbongkar kedok dan syubhat-syubhatnya. Hal ini sebagaimana Allah tegaskan di dalam firman-Nya:

“Dan demikianlah, kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lainnya perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)

“Dan demikianlah, kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh dari kalangan orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Rabb mu menjadi Pemberi Petunjuk dan Penolong.” (Al-Furqan: 31)

Sebagaimana dialami Rasulullah, dakwah yang mengajak kepada tauhid niscaya akan menghadapi musuh-musuh yang tiada henti-hentinya untuk memadamkan cahaya tauhid di muka bumi ini.

Mohammedanism. Adalah istilah yang sering digunakan kalangan Barat untuk menyebut Islam. Sebuah istilah, yang selain tidak tepat, juga mereduksi makna Islam itu sendiri. Seolah Islam dilukiskan sebagai hasil olah pikir manusia bernama Muhammad. Bukan suatu agama yang turun dari langit. Walhasil, ia tak ubahnya seperti ajaran Budha-nya Sidharta, Swadhesi-nya Mahatma Gandhi, atau Ahmadiyah-nya Mirza Ghulam Ahmad.

Setali tiga uang dengan penggunaan istilah Wahabi, yang banyak dijumpai dalam sejumlah literatur “Islam”. Istilah yang dinisbatkan kepada (ayah) Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ini, juga dimaksudkan sebagai upaya untuk mengerdilkan pribadi dimaksud. Orang-orang, utamanya para penentang dakwah tauhid, menggunakan istilah itu untuk mengesankan bahwa apa yang dibawa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, juga merupakan hasil olah pikir dia semata, bukan bersumber dari Islam. Ghalibnya, ia adalah madzhab kelima, bahkan aliran baru di luar Islam.

Umat pun dibuat lalai bahkan memusuhi esensi dari dakwahnya. Terlebih bagi mereka yang terlanjur kecanduan budaya syirik. Atau setidaknya mereka baik pribadi atau kelompok yang merasa tujuan politiknya atau perkembangan gerakannya bakal terhambat dengan dakwah tauhid.

Di satu sisi, banyaknya kebencian yang dialamatkan kepada Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berikut dakwahnya, memang sesuatu yang wajar. Pasalnya, gerakan dakwah beliau, memang menandai kebangkitan dakwah tauhid setelah sekian lama tenggelam oleh peradaban kesyrikan yang menyelimuti negeri-negeri Islam. Banyak aliran, utamanya dari kalangan Shufi, yang merasa dilindas oleh roda dakwah beliau. Selanjutnya, sebagaimana telah menjadi sunnatullah, “anak cucu” musuh tauhid itu pun tak berhenti untuk melampiaskan ‘dendam” nenek moyangnya. Maka pertarungan demi pertarungan antara pembela tauhid dengan musuh-musuhnya senantiasa terjadi hingga hari kiamat kelak.

Namun Allah  menepati janjinya untuk menjaga agama tauhid ini. Tampillah di setiap masa para pembela tauhid yang selalu menjaga dan mengawal agama ini dari upaya-upaya perusakan dan pengkaburan yang diatas-namakan Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline