Lihat ke Halaman Asli

Candu Asmara

Diperbarui: 17 Desember 2018   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pujangga Malam melantunkan syair-syair penyejuk hati dengan sangat mendalam. Menggambarkan kegundahan hatinya kala itu. Menyayat kalbu bagi setiap pasangan-pasangan telinga yang mendengarnya. Syair tentang penantian dan kepalsuan. Penantian seorang pemuda terhadap gadis yang dicintainya ternyata sia-sia karena gadis yang ia pujakan telah jatuh dalam genggaman Pangeran Padang Pasir yang lebih hebat dan gagah dari dirinya.

Dari sini kumulai menerka apa arti sebuah Cinta Sejati . Seperti apa Cinta Sejati itu?? Bagaimana arti yang hakiki daripadanya, dan dimanakah kita bisa menemukannya? sulitkah atau tidak??.

Ahh... Terasa jauh sekali otak melayang terpikirkan hal serupa nun tag tergapai. Tak pandang dulu bagaimana peringai diri ini, baikkah? atau burukkah??. Terlalu konyol mengandai-andaikan Pangeran tampan nan dermawan ketika kita tak berperangai bak Putri Kerajaan yang lemah lembut dan dengan segala kemuliaan perangainya.

Dalam keremangan hiasan taburan bintang mengiasi kelam malam dengan berbagi sunyi senyap ditelan kegelapan malam. Memendam batin hingga perut bumi. membayangkan nasib diri yang tag tau bagaimana perjalannya nanti. Terombang-ambing kalut perasaan ini. Risau, gundah gulana tag bertemankan siapa-siapa yang ada hanyalah terbebankan onak pikiran ini.

Kini harus mulai dirintis gubahan jalan hidup ini kucari-cari celah yang bisa kulalui untuk mencapai cahaya terang dari kegelapan ini, cahaya yang menyinari hingga kelak ku mati.

N.A.A

Malang, 17 Des 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline