Lihat ke Halaman Asli

Oscarnoise

Freelancer

Pemerintah AS Minta Akses Enskripsi WhatsApp, Facebook Tolak

Diperbarui: 8 Oktober 2019   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

intisari.grid.id

WhatsApp merupakan platform komunikasi terbesar dan menjadi salah satu aplikasi chat terpopuler di dunia. Tampilan yang sederhana dengan fitur yang cukup mudah dioperasikan menjadi alasan banyak orang suka WhatsApp.

Namun demikian, pengguna perlu waspada dengan berbagai ancaman keamanan WhatsApp. Oleh sebab itulah, banyak orang bahkan perusahaan mencoba untuk menembus kunci keamanan WhatsApp melalui berbagai cara baik dengan pendekatan soft approach maupun hacking (meretas tanpa izin).

Dengan alasan untuk memerangi kejahatan terorganisir, terorisme, dan pornografi anak, Departemen Kehakiman AS meminta Facebook membuka layanan komunikasi terenskripsi WhatsApp. Namun, Facebook menolak sebab akan berpotensi mengancam privasi individu.

Fyi, fitur enskripsi alias keamanan dari WhatsApp diklaim lebih baik jika dibanding fitur lainnya, termasuk Facebook Massenger, dikarenakan WhatsApp menerapkan fitur enskripsi end-to-end secara default sehingga setiap obrolan dapat terahasiakan.

Untuk meyakinkan pihak Facebook, Pemerintah AS melalui P. Barr (Jaksa Agung William) membidik rencana Facebook untuk membuat WhatsApp dan layanan perpesanan lainnya lebih aman dengan menekan Mark Zuckerberg (CEO Facebook) untuk menciptakan celah enskripsi.

Permintaan Barr merupakan upaya terbaru penegak hukum dalam perjuangannya selama bertahun -- tahun untuk mendapatkan akses ke platform komunikasi populer yang telah menjadi semakin aman.

Sedikit cerita bahwa pada tahun 2016 terdapat konflik ketika hakim federal meminta Apple untuk membantu FBI membuka kunci iPhone setelah kejadian penembakan massal pada tahun 2015 di San Bernardino, California.

Namun, pada akhirnya untuk mengurangi ketegangan dengan perusahaan, FBI dapat memecahkan kunci tanpa bantuan Apple.

Mengacu pada kejadian tersebut, Departemen Kehakiman mencoba pendekatan terkoordinasi dengan sekutu dekat (Facebook) untuk mendorong perusahaan teknologi mengubah posisinya.

Hambatanya bahwa enskripsi end-to-end bekerja secara rahasia dan hanya dapat dipastikan oleh pengirim dan pembaca pesan akan memiliki pintu belakang untuk memberi otoritas akses menuju data.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline