Mukhlasīn dan Mukhlisīn dalam Perspektif Tafsir dan Tasawuf
Oleh: Nasa Tulakbar
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an & Tafsir ISIF Cirebon
Dalam perjalanan spiritual seorang Muslim, keikhlasan menjadi pilar utama dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, istilah Mukhlisīn dan Mukhlasīn sering kali digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki hubungan khusus dengan Allah. Namun, kedua istilah ini memiliki makna yang berbeda dalam tafsir dan tasawuf. Artikel ini akan membahas perbedaan, makna, serta relevansi kedua konsep ini dalam kehidupan seorang muslim.
1. Definisi Mukhlisīn dan Mukhlasīn dalam Al-Qur’an
Secara bahasa, Mukhlisīn berasal dari kata ikhlāṣ, yang berarti murni atau tulus. Dalam Al-Qur’an, Mukhlisīn merujuk kepada orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan ketulusan hati tanpa mencampurkannya dengan kepentingan duniawi. Salah satu ayat yang menyebut mereka adalah:
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (QS. Ghafir: 14)
Sementara itu, Mukhlasīn adalah orang-orang yang telah disucikan oleh Allah sendiri, bukan sekadar karena usaha mereka. Mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah yang dijaga dari gangguan setan. Dalam kisah Nabi Yusuf, Allah berfirman:
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
"Sesungguhnya dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang disucikan (Mukhlasīn)." (QS. Yusuf: 24)
Perbedaan mendasar antara keduanya adalah bahwa Mukhlisīn berusaha untuk ikhlas, sementara Mukhlasīn adalah mereka yang telah dipilih dan disucikan oleh Allah.
2. Perspektif Tafsir: Mukhlisīn dan Mukhlasīn dalam Konteks Al-Qur’an
Menurut para mufasir, perbedaan ini mencerminkan tahapan spiritual seorang Muslim. Imam Al-Razi dalam tafsirnya menyatakan bahwa Mukhlisīn adalah hamba yang mengikhlaskan niatnya dengan usaha sendiri, sementara Mukhlasīn adalah mereka yang diberikan keistimewaan oleh Allah karena kesungguhan mereka dalam beribadah.