Lihat ke Halaman Asli

Narwan Eska

Pemahat Rupadhatu

Cerpen | Blarak

Diperbarui: 15 September 2019   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: infopublik.id

DENGAN hati kesuh Kang Temon memanjat pohon kelapa miliknya di tepi jalan desa. Kesuh hatinya karena isterinya ngomel dari pagi minta dibuatkan sapu lidi, untuk mengganti sapu lidinya yang sudah menjadi sapu regel karena aus.

Dua pelepah blarak cukup untuk membuat sebuah sapu lidi, maka dipangkaslah blarak dengan parangnya. Dengan beberapa kali ayunan, putuslah pelepah blarak dan melayang jatuh.

"Pyar!"

Suara aneh terdengar oleh Kang Temon. Bukannya suara blarak jatuh, namun suara kaca pecah. Kang Temon melihat ke bawah.

Celaka! Ternyata blaraknya jatuh mengenai kaca mobil. Pangkal pelepah mengenai kaca depan sebuah mobil warna hitam. Tampak seorang lelaki keluar dan langsung menatap ke atas, ke arah Kang Temon.

Serta merta Kang Temon turun menemui orang itu. Dengan tergopoh-gopoh Kang Temon minta maaf kepada lelaki itu. Segera diturunkannya blarak dari atas mobil naas itu. Ternyata mobil itu berplat merah, tentu seorang pejabat yang mengendarainya, yang kini di hadapan Kang Temon.

"Bapak harus mengganti kaca mobil ini," kata lelaki itu.

"Tidak bisa Pak. Orang saya tidak sengaja kok. Ini kan kecelakaan," kilah Kang Temon.

"Begini saja, sekarang kita ke balai desa. Kita selesaikan di hadapan Bapak Kades. Saya tunggu di balai desa, sekarang."

Lelaki berdasi itu segera masuk ke mobil dan melaju ke arah balai desa. Kang Temon pun segera menyusulnya, dengan berjalan kaki. Otak Kang Temon berputar, bila diminta mengganti, dari mana uangnya? Untuk beli sapu lidi pun tidak ada, apalagi uang untuk mengganti kaca mobil. Celaka!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline