Pagi itu Kodrat masih asyik dengan tiga burung prenjaknya. Prenjak-prenjak yang baru didapatnya dari seorang pedagang kemarin siang di pasar desa dengan harga yang dianggapnya murah. Kodrat berharap akan mendapat keuntungan besar bila prenjak-prenjak itu dijual lagi ke pasar kota.
Kodrat kini memang menekuni pekerjaan sampingan sebagai pedagang burung ocehan. Membeli burung dari satu orang kemudian menjual lagi ke orang lain. Atau dari pasar satu ke pasar yang lain.
Meski gagal melamar CASN kemarin, namun tetap menjadi guru honorer di sebuah sekolah dasar. Tadinya memang ia nyambi menanam cabai dan sayuran, namun gagal akibat kemarau. Hal itu membuat Kodrat banting stir menekuni sampingan sebagai blantik burung ocehan.
"Pak ... sudah siang, nanti terlambat lagi," peringatan dari suara yang tak asing lagi bagi Kodrat mengusik keasyikannya.
"Ya, ya sebentar," sahut Kodrat.
"Nanti ditegur kepala sekolah lagi karena terlambat."
Kodrat segera memberesi makanan burung. Setelah menempatkan prenjak-prenjaknya di longkang segera ia menuju meja makan untuk sarapan.
***
Sepeda motor Kodrat melaju membawanya ke tempat kerja. Sebuah SD yang jauh dari keramaian kota. Di perjalanan Kodrat bertemu dengan teman seprofesinya di pasar burung.