Lihat ke Halaman Asli

Narwan Eska

Pemahat Rupadhatu

Pasien Kamar 10

Diperbarui: 2 Agustus 2019   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: hellosehat.com

SUDAH seminggu ini aku ditugaskan di Rumah Sakit Umum di kota ini. Sebagai seorang dokter pemerintah memang baru kali ini aku ditugaskan di sebuah rumah sakit besar. Sebelumnya aku bertugas diperbantukan di sebuah rumah sakit pembantu di kota asalku, yang tak jauh dari kota ini.

"Selamat pagi dokter?"

Sapa lembut pasien kamar 10 kepadaku. Dia seorang ibu seumuran ibuku. Sudah seminggu ini dia kurawat. Sakit karena kecelakaan. Selain luka parah saat dibawa ke ruang IGD, salah satu kakinya cidera. 

Meski sudah seminggu berbaring, pasienku ini belum juga banyak bicara. Hanya menyapa dengan ucapan selamat pagi, selamat siang, atau selamat sore kepadaku.

Namun ada sesuatu yang membuatku kadang kikuk setiap memeriksanya. Dia menatap wajahku tiada lepas. Seolah dia mengenaliku namun enggan berkata-kata. Seperti pagi ini, dia mengucapkan salam dengan lembut. Tapi kali ini beda, dia mulai bercerita. Tentang kenapa dia kecelakaan hingga harus dirawat di rumah sakit ini.

"Sudikah dokter menemani saya selepas dinas nanti?"

"Maaf Ibu, saya sudah janji dengan suami dan anak saya, sore nanti mau membelikan mainan."

"Tolonglah dokter, kali ini saja."

"Coba nanti saya ijin suami dulu Ibu..."

Aku ingin sekali menghiburnya, namun aku juga tidak ingin mengecewakan anakku. Ada getaran aneh tatkala ibu ini memintaku menemani sambil memegang tanganku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline