Indonesia memiliki sejarah panjang dan kaya yang terus membentuk identitas nasional kita hari ini, salah satunya melalui Sumpah Pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928. Kala itu, para pemuda dari berbagai suku dan agama memutuskan untuk bersatu demi tujuan besar, yakni kemerdekaan dan persatuan.
Mereka merumuskan Sumpah Pemuda sebagai manifesto bersama yang hingga kini terus bergaung dan menjadi simbol semangat muda yang ingin mengubah nasib bangsa. Kini, tugas untuk menjaga idealisme dan nilai Sumpah Pemuda berpindah tangan ke generasi muda saat ini terutama mahasiswa.
Mereka memiliki akses yang luas ke berbagai ide, teknologi, dan sarana pendidikan, membuka peluang untuk berperan lebih besar dan lebih aktif dalam perubahan sosial dan pembangunan bangsa. Di sisi lain, tantangan juga tidak sedikit.
Hidup di era modern memberikan mahasiswa berbagai tekanan dari persaingan akademis yang ketat hingga kebutuhan untuk mempersiapkan masa depan di tengah ketidakpastian ekonomi dan sosial. Kondisi ini kadang memudarkan semangat idealisme yang diharapkan muncul dalam diri mahasiswa.
Meski begitu, Sumpah Pemuda tetap menjadi api yang tidak pernah padam, menuntun mereka untuk berkontribusi lebih dan bergerak maju demi cita-cita bangsa yang lebih baik.
Menghidupkan Semangat Sumpah Pemuda dalam Kehidupan Kampus
Kampus, sebagai tempat mahasiswa berkembang dan belajar, juga berperan besar dalam menjaga semangat Sumpah Pemuda ini. Berbeda dengan para pemuda tahun 1928 yang bersatu untuk melawan penjajah, mahasiswa sekarang berhadapan dengan musuh yang lebih kompleks.
Permasalahan yang mereka hadapi bukan lagi kolonialisme, tetapi lebih pada ancaman kesenjangan sosial, ketidakadilan, hingga polarisasi akibat hoaks dan disinformasi.
Di kampus, mahasiswa sering kali diperhadapkan dengan berbagai isu yang tidak hanya berhubungan dengan akademik, tetapi juga permasalahan sosial di sekitarnya. Aktivisme di kalangan mahasiswa menjadi salah satu cara untuk menjaga api Sumpah Pemuda tetap menyala.
Mahasiswa yang aktif dalam organisasi, komunitas, atau bahkan sekadar berkumpul untuk membahas isu sosial adalah cerminan bahwa mereka peduli dan ingin berbuat lebih bagi bangsa.
Di sisi lain, idealisme ini sering kali mendapatkan ujian. Mahasiswa yang ingin bergerak maju dengan gagasan dan semangat perubahan kadang terjebak dalam siklus kampus yang pragmatis, tugas akademik yang padat, tuntutan IPK tinggi, hingga desakan untuk segera siap bekerja setelah lulus.