Sebagai mahasiswa pendidikan yang sering berdiskusi dengan guru senior, saya sering mendengar keluhan tentang bagaimana beban administrasi yang semakin berat sering membuat mereka kehilangan fokus dari esensi mengajar.
Menjadi seorang guru senior di era modern tampaknya semakin mirip dengan berlari maraton yang penuh dengan rintangan yang terus bertambah. Dulu, profesi guru identik dengan dedikasi di kelas mempersiapkan materi, mengajar dengan sepenuh hati, dan berusaha memberikan yang terbaik untuk setiap siswa.
Namun, perubahan zaman dan perkembangan sistem pendidikan telah membawa tuntutan yang lebih besar pada para guru. Kini, selain mengajar, para guru dihadapkan pada tumpukan administrasi yang tak terelakkan.
Bagi sebagian guru muda, administrasi mungkin tidak menjadi beban yang terlalu berat. Namun, bagi mereka yang telah berpuluh-puluh tahun mengajar, administrasi ini dapat menjadi sumber stres.
Dulu, tugas utama guru hanya sebatas mengajar, kini mereka harus mengurus berbagai dokumen seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), hingga penilaian keterampilan dan laporan perkembangan siswa.
Semua itu harus tersusun dengan rapi, lengkap, dan sesuai dengan standar yang terus berkembang. Setiap perubahan kurikulum pun memerlukan penyesuaian yang tidak selalu mudah.
Administrasi yang Kian Menyita Waktu
Kurikulum 2013 (K-13) adalah salah satu contohnya. Di sini, setiap guru harus menyusun RPP yang terperinci untuk setiap pertemuan, melengkapi Prota yang merangkum rencana pembelajaran selama setahun, dan menyusun Prosem yang lebih spesifik.
Silabus pun harus dirancang secara sistematis, dan penilaian siswa mencakup aspek akademis serta perkembangan sikap dan keterampilan mereka. Semua ini harus didokumentasikan dengan baik.
Meskipun Kurikulum Merdeka memberikan kelonggaran dalam administrasi, tetap saja, ada tuntutan seperti Modul Ajar, Capaian Pembelajaran (CP), asesmen diagnostik, dan portofolio siswa yang memerlukan kreativitas lebih.