Perpisahan merupakan salah satu kenyataan hidup yang paling menyakitkan, terutama bagi mereka yang merantau jauh dari kampung halaman. Bagi anak rantau, rasa khawatir yang terus-menerus menghantui tentang kemungkinan berpisah dengan orang-orang terkasih tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal adalah ketakutan yang nyata dan menyiksa. Ketakutan ini bukan sekadar bayangan yang muncul sesekali, tetapi menjadi bagian dari keseharian yang harus dihadapi.
Setiap kali telepon berdering, jantung berdegup kencang. Berita apa yang akan datang kali ini? Kabar bahagia atau malah sebaliknya? Kerinduan yang tak pernah terobati sering kali bercampur dengan kekhawatiran yang tak berujung. Ketika orang tua di rumah sakit, atau saudara mengalami kecelakaan, rasa cemas merayap masuk ke dalam pikiran. Bagaimana jika mereka pergi tanpa sempat mendengar kata-kata terakhir dari kita? Pertanyaan itu selalu menggantung di udara, membawa serta perasaan bersalah yang menghantui.
Selain itu, anak rantau juga harus menghadapi kesendirian yang menyesakkan. Ketika jauh dari keluarga, dukungan emosional yang biasanya didapatkan dari mereka menjadi sesuatu yang langka. Meskipun ada teman-teman di perantauan, kehangatan dan kedekatan keluarga tetap tak tergantikan. Dalam situasi-situasi sulit, tidak ada yang lebih menenangkan selain pelukan ibu atau nasihat bijak dari ayah. Namun, anak rantau sering kali harus menghadapi segala kesulitan sendirian, mencoba menguatkan diri di tengah ketidakpastian dan rasa rindu yang mendalam.
Komunikasi jarak jauh melalui telepon atau video call memang sedikit mengurangi rasa rindu, tetapi tidak mampu sepenuhnya menghilangkan kekhawatiran. Terlebih lagi, ada perasaan tidak berdaya yang menyelimuti ketika mendengar kabar buruk dari kampung halaman. Tidak bisa segera pulang dan berada di samping orang-orang terkasih menambah beban pikiran. Dalam momen-momen seperti itu, anak rantau merasa terjebak di antara dua dunia, dunia tempat mereka berada saat ini dan dunia tempat hati mereka sebenarnya berlabuh.
Namun, di balik semua kekhawatiran dan kesedihan tersebut, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Anak rantau belajar untuk lebih menghargai waktu dan kesempatan yang ada. Setiap momen bersama keluarga menjadi sangat berarti dan berharga. Mereka juga belajar untuk lebih mandiri dan tangguh menghadapi berbagai tantangan hidup. Rasa cemas dan kekhawatiran tidak dapat dihindari, tetapi bisa dihadapi dengan kekuatan dan keteguhan hati.
Dalam Islam, perasaan ini juga dibingkai dalam makna spiritual yang mendalam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah ayat 286: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Ayat ini memberikan ketenangan hati bagi anak rantau, bahwa segala cobaan dan ujian yang dihadapi adalah dalam batas kemampuan mereka. Ayat ini mengingatkan bahwa meskipun perpisahan dan kekhawatiran itu berat, Allah memberikan kekuatan untuk menghadapinya.
Akhir kata, meskipun rasa khawatir tentang perpisahan yang tiba-tiba selalu menghantui, anak rantau juga memahami bahwa setiap pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari kehidupan. Yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu yang ada untuk mencintai dan menyayangi orang-orang terdekat kita. Karena pada akhirnya, meskipun perpisahan datang tanpa diduga, kenangan indah dan kasih sayang yang telah diberikan akan selalu abadi dalam hati.
Dengan demikian, meskipun rasa sakit dan kekhawatiran tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, anak rantau belajar untuk menjalani hidup dengan penuh makna. Mereka belajar untuk selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk, sambil tetap berharap dan berdoa untuk yang terbaik. Perpisahan mungkin akan datang, tetapi cinta dan kenangan yang telah terjalin akan selalu hidup dalam ingatan dan hati mereka. Seperti halnya ajaran Islam yang menekankan kesabaran dan keteguhan hati, anak rantau menguatkan diri mereka dengan keyakinan bahwa Allah selalu bersama mereka, memberi kekuatan dan ketenangan dalam setiap langkah yang mereka ambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H