Dewasa ini, isu-isu Intoleransi agaknya semakin sering berseliweran di kolom berita. Menanggapi hal itu, sekelompok Mahasiswa UM, pada hari Senin, (28/11/2022) melakukan mini pengabdian masyarakat dalam bentuk pengajaran nilai toleransi kepada anak usia dini. Kegiatan ini, selain atas inisiatif mahasiswa, juga dilakukan sebagai bagian dari project pengabdian dari kampus pada bidang pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam kegiatan ini, para mahasiswa mengajarkan pentingnya mengajarkan kesadaran akan perbedaan kepada anak usia dini. Mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk, perbedaan dapat sewaktu-waktu berubah menjadi ancaman nasional. Apalagi dalam zaman teknologi dan globalisasi masa kini, dimana anak usia dini sudah dapat mengakses informasi dari seluruh dunia, toleransi kemudian menjadi kunci untuk persatuan bangsa.
Kegiatan diawali dengan perkenalan yang menyenangkan. Dengan membawa gambar-gambar yang menarik, Para Mahasiswa memancing minat murid TK. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan mewarnai pakaian adat dari berbagai daerah.
Dalam hal ini, Para Mahasiswa juga mengajarkan hal-hal dasar dalam mewarnai, seperti cara mewarnai tanpa keluar garis, cara menjaga kebersihan, serta macam-macam warna. Para Mahasiswa juga menekankan kebebasan berekspresi melalui seni. Kelompok Mahasiswa ingin mengajarkan kepada anak-anak, bahwa seni adalah kebebasan. Di masa sekarang, seni bukanlah hal eksak yang harus tertib aturan.
"Rambut itu bisa, loh, diwarnai kuning. Merah juga bisa. Warna kulit juga boleh pakai warna hitam. Coklat atau putih juga boleh,..." Ucap Dinda, salah satu anggota Kelompok Mahasiswa kepada anak-anak TK.
Gambar-gambar yang sudah diwarnai tersebut kemudian dijadikan bahan ajar untuk materi inti. Melihat kondisi kelas yang cukup homogen dalam konteks ras, Kelompok Mahasiswa mulai menjelaskan bahwa macam-macam gambar manusia yang sudah diwarnai itu benar-benar ada wujudnya. Sehingga, diharapkan para anak-anak tersebut sudah aware akan perbedaan ras dan suku.
"Nanti, kalau ketemu teman-teman yang warna kulitnya atau rambutnya berbeda dari kita, kita tidak boleh membeda-bedakan, ya. Semua harus jadi teman, semuanya saudara." Terang salah satu anggota Kelompok Mahasiswa di depan kelas.
Setelah materi disampaikan seluruhnya melalui sosialisasi dan sisipan bernyanyi bersama, kegiatan dilanjutkan dengan pembagian hadiah dan jajanan kepada anak dengan hasil gambar terbaik. Kegiatan ditutup dengan berfoto bersama dan salam perpisahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H