Lihat ke Halaman Asli

Narisa Lutfiana

Universitas Airlangga

Kasus Nanie Darham: Refleksi Pentingnya Profesionalisme dan Integritas dalam Dunia Medis

Diperbarui: 25 Desember 2024   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infografis Kasus Nanie Darham: Malpraktik dan Pentingnya Profesionalisme Medis 

Kasus meninggalnya Nanie Darham setelah menjalani prosedur sedot lemak di sebuah klinik kecantikan di Jakarta Selatan menjadi pelajaran penting tentang pentingnya profesionalisme dan etika di dunia medis. Peristiwa tragis ini tidak hanya merugikan korban dan keluarganya tetapi juga mencerminkan risiko besar akibat kelalaian dalam praktik medis. Nanie yang baru melahirkan dua bulan sebelumnya, menjalani prosedur yang ternyata tidak aman untuk kondisinya. Sayangnya, hal ini tidak diperhatikan oleh tenaga medis yang seharusnya memiliki tanggung jawab besar terhadap keselamatan pasien. 

Malpraktik medis sering kali terjadi karena tenaga kesehatan tidak mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang seharusnya dijalankan. Dalam kasus ini, tenaga medis di klinik tersebut diduga tidak memeriksa kondisi kesehatan Nanie secara menyeluruh sebelum melakukan operasi. Padahal, sebagai pasien yang baru melahirkan, kondisi tubuhnya mungkin masih belum pulih sepenuhnya. Selain itu, tenaga medis juga gagal memberikan penjelasan yang lengkap tentang risiko prosedur sedot lemak, yang menjadi salah satu kewajiban utama mereka. 

Profesionalisme dalam dunia medis tidak hanya soal keterampilan teknis tetapi juga soal tanggung jawab, empati, dan komunikasi yang baik. Dokter dan tenaga medis harus mampu menjelaskan prosedur medis dengan bahasa yang mudah dipahami pasien, termasuk risiko yang mungkin terjadi. Jika komunikasi ini dilakukan dengan baik, pasien dan keluarganya dapat memahami dengan jelas apa yang akan dilakukan dan apakah mereka siap menghadapi risiko tersebut. Sayangnya, dalam kasus ini, komunikasi yang buruk antara tenaga medis dan Nanie menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan fatal. 

Masalah lainnya yang terungkap dalam kasus ini adalah lemahnya pengawasan terhadap layanan medis, terutama di klinik estetika. Banyak klinik kecantikan menawarkan prosedur medis tanpa memastikan bahwa standar operasional mereka sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini menunjukkan perlunya regulasi yang lebih ketat dari pemerintah dan asosiasi profesi untuk melindungi pasien dari risiko yang tidak perlu. Regulasi ini harus mencakup pengawasan terhadap tenaga medis, izin operasional klinik, dan penerapan SOP yang jelas. 

Selain regulasi, pendidikan dan pelatihan untuk tenaga medis juga harus terus ditingkatkan. Pelatihan ini tidak hanya soal meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga soal etika medis, komunikasi yang baik, dan manajemen risiko. Dengan pendidikan yang berkelanjutan, tenaga medis dapat lebih siap menghadapi berbagai situasi dalam praktik sehari-hari. Mereka juga dapat belajar untuk lebih memahami pasien, sehingga tindakan medis yang mereka lakukan benar-benar aman dan sesuai kebutuhan pasien. 

Kasus ini memberikan pelajaran penting bahwa keselamatan pasien harus selalu menjadi prioritas utama. Setiap tindakan medis, sekecil apa pun, harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan SOP yang berlaku. Dokter dan tenaga medis harus selalu memastikan bahwa mereka memahami kondisi pasien secara menyeluruh sebelum mengambil tindakan apa pun. Selain itu, komunikasi yang jelas antara dokter dan pasien juga sangat penting. Pasien berhak mengetahui setiap risiko yang mungkin terjadi agar mereka bisa membuat keputusan yang tepat. 

Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap klinik kecantikan dan layanan medis lainnya. Pemerintah harus memastikan bahwa setiap klinik yang menawarkan prosedur medis memiliki izin yang jelas dan mengikuti standar yang telah ditentukan. Selain itu, sanksi tegas harus diberikan kepada klinik atau tenaga medis yang melanggar aturan, untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan. 

Pendidikan tentang etika dan profesionalisme harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pelatihan medis. Dokter dan tenaga medis tidak hanya bertanggung jawab pada keberhasilan prosedur tetapi juga pada keselamatan dan kesejahteraan pasien. Dengan menanamkan nilai-nilai etika sejak dini, tenaga medis akan lebih sadar akan pentingnya tanggung jawab mereka dalam melindungi pasien dari risiko yang tidak perlu. 

Kasus Nanie Darham adalah pengingat bagi semua pihak bahwa dunia medis harus dijalankan dengan penuh kehati-hatian dan tanggung jawab. Dengan memperbaiki regulasi, meningkatkan pelatihan, dan menjunjung tinggi etika profesi, kita bisa mencegah tragedi seperti ini terjadi lagi. Keselamatan pasien adalah prioritas utama, dan setiap tenaga medis harus memahami bahwa tugas mereka bukan hanya menyembuhkan tetapi juga menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline