Lihat ke Halaman Asli

Nargis Mahdiyah

University

Rumah di Ujung Desa Lawu

Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1.1 Rumah di Ujung Desa Lawu (Editing by Canva). Sumber: Nargis Mahdiyah, 2024 (Dokumen Pribadi).

Rumah di Ujung Desa Lawu

Oleh: Nargis Mahdiyah

Malam itu, langit gelap di hiasi bintang, dan udara terasa semakin dingin di desa terpencil yaitu desa Lawu tempat sekelompok mahasiswa KKN melaksanakan kegiatan mereka. 

Desa itu terletak jauh dari keramaian, dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Enam orang mahasiswa yaitu Raka, Alya, Farel, Lisa, Sinta, dan Bima telah mendengar cerita aneh dari warga setempat tentang sebuah rumah kosong di ujung desa. 

Rumah itu sudah lama ditinggalkan dan dikenal dengan berbagai kisah menyeramkan."Berani nggak kita ke rumah itu?" Raka mengusik, mencoba memancing keberanian teman-temannya.

Alya, yang dikenal paling penakut, langsung menolak. "Nggak, deh. Katanya rumah itu angker. Banyak yang bilang sering denger suara aneh dari sana."


Farel, yang selalu penasaran dengan hal-hal mistis, tersenyum lebar. "Justru itu yang bikin menarik. Kapan lagi kita punya pengalaman mistis? Kita cek sebentar aja, lagipula cuma sekedar rumah tua."

Setelah berdiskusi singkat, mereka memutuskan untuk pergi bersama-sama, lebih untuk menghilangkan rasa bosan dari rutinitas KKN yang cukup padat. Dengan berbekal senter dan jaket tebal, keenamnya berjalan menuju rumah itu. Warga desa sempat mengingatkan mereka untuk tidak mendekati rumah tersebut, tapi rasa penasaran mereka sudah terlalu besar untuk diabaikan.

Setelah berjalan selama 20 menit melalui jalan setapak yang semakin sempit dan berbatu, mereka tiba di depan rumah tua itu. Rumah tersebut tampak besar dengan atap yang sebagian sudah runtuh, jendela-jendelanya pecah, dan halamannya dipenuhi tanaman liar. Suasana di sekitar rumah terasa sangat sunyi, seolah-olah seluruh desa terisolasi dari tempat itu.

"Kita masuk, yuk," ucap Farel tanpa ragu. Ia langsung mendorong pintu kayu yang sudah lapuk dan berbunyi pelan.

Begitu masuk, bau lembap dan apak langsung menyergap hidung mereka. Dinding rumah itu penuh dengan lumut, dan lantainya dipenuhi debu tebal. Lisa memegang senter dan mengarahkannya ke berbagai sudut, mencoba memecah kegelapan yang terasa pekat. Di salah satu sudut ruangan, tampak kursi goyang tua yang bergerak pelan, meskipun tak ada angin yang berhembus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline