Lihat ke Halaman Asli

Memang Kenapa Kalau Saya Mengidap HIV?

Diperbarui: 22 Oktober 2018   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah hampir dihapuskan dari ingatanku betapa pedihnya saat awal itu, menerima kenyataan sebagai seorang yang hidup dengan hiv. Hampir 5 (lima) tahun berlalu dan saya tetap memilih untuk setia dengan pengobatan ARV secara konsisten. Kini tidak ada yang berbeda dengan saya, masih sehat, masih produktif dan bahkan mungkin tidak ada orang yang curiga dengan status kesehatan saya. Melalui pasang surut kehidupan, ARV ini sudah menjadi teman setia saya selama lebih dari 4 (empat) tahun dan tidak ada masalah apapun dengan tubuh saya.

Saya masih aktif bekerja setidaknya 8 jam sehari, 40 jam dalam satu minggu di sebuah perusahaan swasta dengan status kepegawaian sebagai karyawan tetap. Walau bukan perusahaan yang mampu memfasilitasi saya dengan harta dunia yang melimpah yang suatu saat akan saya tinggalkan tetapi setidaknya saya telah berhasil memiliki gubug kecil sendiri dari hasil jerih payah saya.

Memang kenapa kalau saya seorang pengidap hiv? Saya tidak mau menyerah kalah dalam pertempuran hidup ini. Sampai suatu saat Tuhan berkata telah selesai perjuangan saya, maka saya akan tetap menjalani hidup sebaik mungkin.

*****

Dokter : "Masih rutin terapi ARV?"

Saya : "Masih, dokter."

Dokter : "Sudah berkeluarga?"

Saya : "Belum dokter, sepertinya tidak."

Dokter : "Ngga papa, yang penting bahagia ya."

Saya : "Amin dokter, terimakasih."

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline