Lihat ke Halaman Asli

HIV Ini darimana Saya Tertular?

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, Saya bersyukur dengan adanya tulisan saya dapat menjadi warning bagi teman-teman yang mungkin mempunyai kecenderungan seksual yang menyimpang supaya lebih aware dengan pentingnya kesehatan kita. Dulu ketika dalam perjalanan ke kantor saya pernah merenung ketika saya masih terjebak dalam kehidupan free sex sesama jenis, muncul pertanyaan kapan saya akan berhenti dari life style seperti itu. Apakah Dia yang di atas sana diam saja atau sedang memandangiku, hal apa yang sekiranya akan Dia berikan kepadaku supaya aku berhenti dari life style seperti itu. Masa iya, sampai saya terinfeksi HIV, kira-kira Tuhan tega tidak ya mengijinkan saya mengidap penyakit yang belum ditemukan obatnya itu.

Namun ketakutan itu segera saya tepis, ngga mungkinlah itu akan menimpa saya, katanya Tuhan itu mengasihi saya? Lagipula saya lebih sering bermain aman, dan pasangan-pasangan saya nampaknya memiliki tubuh yang bersih dan sehat kog.

Tapi ternyata semua itu salah, ketakutan itulah yang akhirnya menimpa hidup saya. Dengan segala kemajuan perkembangan dunia ilmu pengetahuan, manusia bisa terbang ke bulan, manusia bisa menjelajahi luar angkasa, manusia bisa mengkloning makhluk hidup, manusia bisa menciptakan banyak hal yang tampak mustahil, namun, you know what, Tuhan mengijinkan saya mengidap HIV, virus yang belum bisa disembuhkan hingga saat ini yang pada akhirnya menjangkiti tubuh saya.

Bukan karena Tuhan tidak mengasihiku, tapi karena kasih-Nya begitu besar sehingga hal inilah yang menimpa saya sehingga saya berhenti dari pola perilaku yang keji itu. Kenapa bukan sahabat-sahabat saya saja yang terinfeksi padahal mereka hampir setiap minggu gonta-ganti pasangan, karena saya tahu bahwa I’m precious one in His eyes.

Sedih sebenarnya waktu saya mengingat ibu saya menangis begitu hebatnya ketika saya memberitahukan kepadanya bahwa saya teinfeksi HIV dan harus dirawat di rumah sakit selama tidak kurang dari lima belas hari, beliau justru meminta maaf karena selama ini tidak bisa mendidik dan menjaga saya dengan baik sehingga saya mewujudkan perilaku hubungan sejenis itu.

I’m so sorry Mom, I love you so much

Kisah-kisah yang saya tulis ini bukan untuk mengingat kesedihan yang kemudian berlarut-larut dalam kehidupan saya dan keluarga. Tapi supaya menjadi pembelajaran yang baik bagi pembaca.

*****

Ketika awal saya menjalin kasih dengan sesama jenis, saya dikenalkan pada komunitas pasangan saya. Pada malam hari di sebuah restoran di mall ibukota, sebut saja Helena, seorang professional hair styles berkata kepada saya, “Lo sadar ngga sebenernya lo tu punya tampang yang oke, kenapa lo ngga mengubah penampilan lo kaya mereka?”, kata Helena sambil menunjuk ke sekumpulan personal trainer fitness centre yang juga sedang turun makan di situ. “Mereka itu juga gay, sama kaya lo, tapi mereka kelihatan high class gitu, lo mau ngga gue bantuin make over?”, tantang Helena kepada saya yang sedang mengamat-amati sekumpulan pria keren itu.

Beberapa waktu kemudian mulailah saya di make over oleh Helena, seperti film betty la fea gitu lah, the ugly duck berubah menjadi prince dan taraaa… cling penampilan saya berubah seketika, dalam hitungan hari pamor saya meningkat drastis, kalo barang dagangan istilahnya sold out kali ya, cowok-cowok gay di media jejaring sosial langsung pada berebut minta ketemuan dengan saya sesudah saya mengubah display picture yang telah di make over. Mulailah saya jadian dengan Jonas, pegawai rumah sakit yang maksa banget untuk menjadikan saya pacarnya, melakukan ini itu dan dalam hati saya ini jadi kesempatan untuk balas dendam pada orang yang dulu pernah mempermainkan hati saya, adalah sebuah prestis dan prestasi ketika saya bisa mengandeng pasangan yang keren. Jonas ini baik hati banget, semua-semua dia yang bayar, ketika saya sehabis dinas keluar kota, dia selalu setia menjemput di airport dengan membawa makanan yang katanya dia masak sendiri, teh hangat juga sudah disiapkannya, mau camping kali ya?! Selain royal, dia juga rajin, mau-maunya mencuci baju saya sekoper penuh, menyetrika pakaian yang akan saya bawa dinas berikutnya, membersihkan kamar kost saya, well, jadi berasa punya asisten rumah tangga gratis nih. Meski sejujurnya dia belum bisa meluluhkan hati saya, entahlah karena apa.

Beberapa kali mondar-mandir di airport ternyata seorang team leader muda sebuah maskapai penerbangan, sebut saja Nicko mulai mendekati saya, memberi saya informasi update schedule penerbangan saya, memberi saya snack ketika sedang menunggu pesawat, apa boleh buat, sudah basah sekalian saja saya mandi. Saya heran kenapa dia bisa menyukai saya dan memperlakukan saya seperti princes. Padahal pramugara kan banyak yang keren-keren dengan postur tinggi semampai, karena kepengen “icip-icip” Nicko akhirnya suatu ketika saya bohong pada Jonas kalau pesawat saya delay, niatnya supaya ngga perlu jemput saya di airport dan akhirnya saya bisa menginap di rumah kontrakan Nicko.

Nicko yang postur tubuhnya tinggi ideal itu membuat saya memutuskan hubungan saya dengan pacar saya. Jonas marah-marah bahkan mengancam akan menghancurkan hidup saya, bodo amatlah saya ngga takut, semua baju Jonas yang ditinggal di kost saya kirimkan via paket ke rumahnya, dengan meminta maaf padanya bahwa saya selama ini sebenarnya merasa ngga ada kenyamanan menjalin hubungan dengannya. Bagaimana ya perasaan Jonas waktu itu, I’m sorry Jonas, sebenarnya saya mempermainkan perasaanmu saat itu.

Hubungan tanpa status dengan Nicko pun tak berlangsung lama, karena seorang model video clip juga terus mengejar saya. Adam, yang pada akhirnya menelikung kedekatanku dengan Nicko. I’m so sorry Nicko, you are so kind, an educated guy, always care to me, tapi aku ngga tega mempermainkanmu terlalu lama, maaf banget. Melanjutkan hubungan dengan Adam, kisah kasihku laris manis tanpa jeda, meski ada temanku yang bilang kalau kamu seorang “kucing” but I don’t care meski sesungguhnya ketika ada ikatan hubungan kasih denganmu sejujurnya aku pernah bermain dengan lelaki lain di belakangmu. Malam hari ketika kau meneleponku itu sebenarnya aku menginap di rumah seorang pria lain.

So complicated and makes me tired, kehidupan macam apa yang aku jalani sebelum bertemu dengan Sandy, Fabian, dan banyak laki-laki lain di ibukota.

Harapan saya kisah flash back saya ini semoga menampilkan value positive yang bisa dipetik oleh pembaca, kenyataannya saya bukan seorang yang baik pada waktu itu, main sana main sini, bayangkan ketika anda menjalin kasih dengan seorang seperti saya, menyakitkan hati bukan? Bagaimana dengan hati Tuhan, sesakit apa hati-Nya melihat kelakuan saya yang bejat. Luar biasa menerima fakta bahwa Dia pun mengampuni saya.

Kecenderungan sikap yang tidak setia bisa dihadapi oleh pasangan manapun sebenarnya, saya juga tidak yakin bahwa pasangan saya adalah seorang yang setia pada waktu itu, kalau mereka setia lalu darimana HIV ini bisa muncul di tubuh saya. Mungkin bisa dari mantannya pasangan saya, lalu menular kepada saya, lalu mungkin (semoga tidak) menular kepada pasangan saya yang berikutnya dan pada akhirnya data statistik yang pernah saya dengar kalau tidak salah menyebutkan bahwa 650 ribu orang yang terjangkit HIV di Indonesia hanya seperempatnya saja yang aware bahwa dia sedang terinfeksi HIV. Beware ya, anda tidak tahu pergaulan macam apa yang akan anda hadapi di luar sana.

Pesan saya tetap jaga kesehatan, tetap berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan, kenali status HIV pasangan anda, tidak sharing jarum suntik, tidak membuat tattoo di tempat yang tidak steril, bahkan kalau perlu potong rambut di barbershop yang propaganda dengan sticker Anti HIV dengan sistem pisau cukur sekali pakai, hidup cuma sekali bro. Meskipun sudah terdengar gembar-gembor ditemukannya obat yang menyembuhkan virus ini, tapi tidak ada salahnya kita tetap jaga diri.

Salam sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline