Lihat ke Halaman Asli

Premanisme Politik pada Bingkai Pilkades

Diperbarui: 6 Oktober 2019   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

poskotanews.com

Kontestasi politik demokrasi pemilihan kepala desa (Pilkades) tahun 2019 gencar dibicarakan pada sejumlah daerah di Indonesia. Pilkades tahun ini akan diselenggarakan disejumlah daerah Kabupaten. 

Di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) setidaknya ada 68 desa yang menyelenggarakan pilkades langsung dan serentak. Symposium ''demos'' rakyat dan" kratos" pemerintah, seketika mencuat mengilustrasikan Pilkades dalam skema politik nasional. Panggung poitik pilkades diwarnai oleh euforia kekeluargaan yang sangat dramatis, sekalipun memperagakan praktik politik uang, didominasi oleh kekuatan modal para calon (cost politik).

Upayah kekuatan modal langkas strategis para bandit mafia dalam memenangkan kontestasi politik pilkades. Hiruk-pikuk transaksional politik dilegalkan dengan menghalalkan segala cara merebut kekuasaan, tanpa pandang bulu premanisme politik dipakai untuk kepentingan material.

Premanisme Politik Pilkades

Soerjono menyatakan bahwa setiap fenomena yang terjadi di masyarakat pasti ada sebab yang melatarbelakanginya. Termaksud di dalamnya tindakan premanisme yang terjadi pada momentum Pilkades. 

Premanisme dan kekerasan dalam pilkades didorong oleh fanatisme yang berlebihan dan ditopang oleh doktrinasi politik sesat. Premanisme dibiayai oleh para calon kades beserta bandit mafia untuk mengkonsolidasi massa. 

Politik uang diumbarkan, juga tidak kalah penting miras dijadikan pacuan gerakan terselubung dalam mengait Premanisme kampungan.

Bentuk premanisme dalam pilkades adalah psikis dan fisik, secara psikis mengara pada ancaman, paksaan, intimindasi. Secara fisik menggunakan kekerasan pada siapa saja yang tidak masuk pada in group atau kelompok kita.

Bentuk Tindakan Premanisme Dalam ilmu sosiologi, masyarakat dilihat dari proses sosialisasinya dapat dikelompokkan menjadi dua yang diistilahkan dengan in group dan out group. 

In group diartikan golongan kita, sedangkan out group diartikan sebagai bukan kelompok kita. Misalnya, kami suku A sedangkan mereka bukan kami, karena mereka Suku B, kami adalah pendukung calon A sedangkan mereka adalah pendukung calon B, dan semacamnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline