Lihat ke Halaman Asli

Naraya Syifah

Perempuan Penggembala Sajak

Duka Anak Jalanan

Diperbarui: 1 Juli 2022   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar: wordpress.com

Bocah-bocah kota menari dengan bajunya yang compang-camping
Ditandangnya senyum mewah yang dijualnya di jalan-jalan
Di pasar-pasar
Ditukar dengan cercaan

Bocah-bocah kota bernyanyi di berisiknya mulut-mulut cibiran
Pada telinga yang tuli
Pada nurani yang mati
Meninggalkan nisan tak bernama
Tak berbapak

Bagaskara menyulutkan lidah api
Mereka bermandikan keringat daki
Diusap sapu tangan kumal yang terbuat dari dedaunan senja
Lalu gemuruh langit meninabobokan heningnya
Dirayakan derai hujan yang menawarkan kehangatan

Bocah-bocah kota berlarian
Bernyanyi-nyanyi lagu paling syahdu
Jemarinya menjelma payung
Yang menghangatkan tubuh kota
Mulutnya menengadah
Menjilati hujan dengan bibirnya

Makan tiada ... Huma tiada ...
Tetapi seakan dunia adalah miliknya
Di manapun ia rebah raga
Bertelanjang pun tak apa
Tak apa ia dikatai gila

Siapa yang lebih gila?
Mereka, atau mereka-kah yang hanya melihat yang gila
Bertelanjang jaga
Di usus kota

Subang, 17 Juni 22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline