Lihat ke Halaman Asli

Naraya Syifah

Perempuan Penggembala Sajak

Kado Terindah Bima

Diperbarui: 26 Juni 2022   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar: pinterest

Kedua pasang kaki telanjang itu bergerak dengan kecepatan cahaya di atas aspal bak sedang maraton. Bajunya yang compang-camping didapatinya hasil memulung pada tumpukan sampah yang mereka temui. 

Penampilannya yang semrawut, kumel dan dekil acap kali menjadi tontonan mata orang-orang penghuni jalan. Bahkan sering kali dianggap tidak waras.

"Adit capek, kak ...." ujar Adit dengan napas terengah-engah.

"Ayo, mereka sudah dekat!"

Bocah lelaki berumur 10 tahun itu menambah kecepatan berlarinya tanpa melepaskan cengkeramannya dari tangan Adit. Ia tidak mau keduanya ditangkap oleh para mafia jalanan. Mereka akan disekap dan dijadikan budak.

"Di situ ada pohon besar. Ayo, kita sembunyi di sana!" Adit mengangguk lemas.

Mereka bersembunyi di balik pohon, sementara di bawahnya terdapat sebuah jurang dengan bebatuan besar dan tajam. Selangkah saja Bimo dan Adit mundur, maka keduanya akan terjatuh ke dalam lubang jurang yang menganga itu.

"Shit! Kemana larinya bocah-bocah itu?"

Terdengar dengusan kesal dari seorang lelaki berambut gondrong berbadan kekar dengan kalung yang bertengger pada lehernya. Kulitnya yang gelap juga kedua matanya yang besar semakin menambah kebengisannya.

"Semua ini gara-gara kalian yang nggak becus kerja!" umpatnya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline