1 tahun ke belakang ini, jika diperhatikan ramai sekali perusahaan-perusahaan dari korporat sampai rintisan yang membuka program magang. Program magang dari yang paid sampai unpaid, yang menyasar jiwa-jiwa muda para mahasiswa sampai mereka-mereka yang entry level.
Berseliwerannya loker ini berdasarkan pengamatan saya tak lain dan tak bukan adalah karena efek dari pandemi COVID-19.
Banyak perusahaan yang terpaksa efisiensi tenaga kerja dan di sisi lain banyak dari kita juga struggle mencari kerja. Mencari kerja di masa normal pun sudah sulit apalagi di masa-masa genting seperti ini akhirnya terciptalah pasar pemagangan dengan harapan pengalaman selama beberapa bulan itu dapat meningkatkan prestise di mata recruiter di kemudian hari sehingga meningkatkan probabilitas diterima kerja.
Siklus simbiosis seperti ini memang dapat menguntungkan kedua belah pihak, tetapi perlu juga dipahami oleh penyedia magang bahwa sejatinya pemagang yang ikut bekerja di perusahaan adalah sebuah aset. Tak dipungkiri situasi yang serba sulit ini dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang oportunis dengan mengeksplotiasi para pemagang.
Banyak sekali bentuk eksploitasi tersebut, misalnya dengan bayaran Rp0 dan jam kerja yang sangat ketat. Iming-imingnya tentu saja pengalaman dan pengalaman.
Tidak salah memang, yang salah hanya saja ketika penyedia magang kurang memanusiakan pemagang dengan lingkungan toxic dan sebagainya, sampai lupa bahwa pemagang alias anak-anak bau kencur juga manusia.
Tak jarang hal-hal seperti itu berakhir jadi "bahan" di base-base kerja utamanya di Twitter. Banyak sekali teh yang tertumpah dari para pemagang yang merasa bahwa apa yang mereka beri tidak sebanding dengan apa yang mereka terima baik dalam sisi materi maupun nonmateri.
Ujung-ujungnya yang seperti itu akan merusak citra perusahaan, seperti dulu pernah kejadian perusahaan yang terlalu tamak menggarap anak magang yang jatuhnya malah seperti kerja rodi.
Perlu dipahami bahwa pemagang ini mungkin tidak akan selamanya bertahan di perusahaan. Suatu saat mereka pun akan pergi dengan membawa citra perusahaan entah itu baik maupun buruk. Jangan lupa juga bahwa pemagang adalah manusia yang makhluk sosial yang mempunyai banyak relasi dan berekspresi.
Nah, mungkin sampai sini paham bahwa pemagang juga aset yang pada akhirnya yang juga akan membawa citra perusahaan. Perlakukan mereka layaknya manusia bukan pekerja rodi. Selamat malam, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H