Lihat ke Halaman Asli

Mihael Kheel

Seorang penulis yang sangat random, sama kayak otaknya, random hehe.

Kepercayaan Itu Emas

Diperbarui: 26 Januari 2020   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepercayaan menjadi krisis di tengah kehidupan modern saat ini. Demi sepotong kehidupan terkadangbanyak orang yang menggadaikan kepercayaan orang lain. Hasilnya, dapat kita lihat sekarang... banyak orang yang sulit percaya terhadap suatu hal. Tidak salah tapi juga ketidakpercayaan yang berlebih pun buruk juga. 

Dua buah peristiwa yang kejadiannya berdekatan mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati. Saya selayaknya tidak begitu gampang mempercayai seseorang. Melalui dua peristiwa itu, ternyata saya bias mengukur diri saya sebagai orang yang ceroboh dan gampang percayaan.

Peristiwa pertama terjadidi suatu hari bulan November 2019. Saat itu saya hendak menghadiri acarapameran karya seni di suatu museum di Kota Bandung. Itu adalah kali pertamanya sayaberkunjung ke museum tersebut. 

Kebetulan saya mengendarai motor dan membonceng satu teman saya, saat itu saya tidak punya ide harus diparkir dimana kendaraansaya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut ke salah satu orang yang kebetulan sedang kongkow di suatu kios pinggir jalan.

Pertanyaannya sederhana saja, kemana saya harus memarkirkan motor? 

Rupanya saya sudah melewati tempat yang biasanya dipakai parkir tapi sayangnya jika ingin kesebrang saya harus muter jauh karena jalan yang saya lalui kebetulan satu arah. Ingin saya melawan arus tapi tidak punya nyali, mungkin kekhawatiran tersebut teraut jelas di wajah saya sampai akhirnya mas tersebut menwarkan diri untuk memarkirkan motor saya di sebrang jalan. 

Polosnya saya, saya langsung menyetujui tanpa pertimbangan dengan keadaan saat itu saya dan teman sudahturun dari motor dan si masnya melesat melawan arus ke tempat parkiran yang dimaksud. 

Saya sama teman saya kemudian jalan ke tempat parkiran tersebut. Begitusaya mengucapkan terima kasih dan si masnya pergi, teman saya baru bilang bahwa keputusan say aitu keputusan yang bodoh. 

Saya membiarkan masnya mebawa motor saya sedangkan kita tidak tahu niat yang ada pada diri si masnya entah baik atau jahat, bisa saja ketika itu dia mebawa kabur motor saya, tapi untungnya nothing bad happened. Itu tentu menjadi pembelajaran kalau tidak seharusnya kita mudah percaya sama orang.

Besoknya ketika saya hendak pergi kuliah, bensin yang ada di motor hamper habis. Demi kelancaran perkuliahan akhirnya saya berkunung dulu ke pom bensin. Kebetulan pom bensin yang saya kunjungi sistemnya self service, dimana saya akan diberikan tiket untuk kemudian dipindai. Antrian kala itu ramai sekali, sampai akhiryatiba giliran saya. 

Si bapak yang ada di depan saya seketika mengulurkan bantuanuntuk memindai tiket, munkin niat awalnya memang baik tapi si bapak itu lupa kalau angka pada layar harus kembali ke nol dulu sebelum mengisi bensin dansebelum layar itu menunjukan angka nol si bapak sudah keburu membuang tiketnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline