Lihat ke Halaman Asli

Mihael Kheel

Seorang penulis yang sangat random, sama kayak otaknya, random hehe.

Gadis Jeruk (Sebuah Resensi)

Diperbarui: 27 Desember 2018   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Identitas Buku

  • Judul                     : The Orange Girl (Sebuah Dongeng Tentang Kehidupan)
  • Penulis                   : Jostein Gaarder
  • Penerbit                 : Mizan
  • Jumlah halaman     : 251
  • Tahun terbit           : 2016
  • Harga                    : Rp 49.000
  • Jenis buku             : Novel fiksi

Novel dengan judul The Orange Girl ini merupakan sebuah novel karya Jostein Gaarder yang ke-12. Seperti pada novel-novelnya yang lain, novel ini masih bernafaskan mengenai filsafat tentang kehidupan. Tentu saja dengan pengemasan yang menarik dan mudah dipahami oleh para pembaca bahkan oleh pembaca awam sekalipun.

Novel ini menceritakan tetang seorang remaja bernama Georg yang kala itu menemukan tumpukan surat pada umurnya yang ke-15 tahun. Sebuah surat yang dia sampai tak habis pikir akan ada menyapanya 11 tahun kemudian. Surat itu ditulis oleh ayahnya sebelum dia meninggalkan Georg kecil untuk selamanya. Pada surat itu ayahnya menceritakan kisah tentang pertemuannya dengan seorang gadis di sebuah trem yang pada kemudian ia namakan sebagai Gadis Jeruk karena selalu membawa sekantung penuh jeruk. Ada pula sang ayah menanyakan kabar mengenai teleskop Hubble serta misteri tentang keterhubungannya dengan sang gadis tersebut. Melalui novel ini pembaca diajak menjelajahi sebuah dunia yang di dalamya kehidupan nyata dialami seperti sebuah dongeng. Dari sebuah kisah cinta, beralih ke perenungan tentang alam semesta, sampai pada pertanyaan filosofis tentang hidup. "Akankah aku memilih untuk hidup di bumi setelah mengetahui dengan pasti bahwa aku akan tiba-tiba dicabut dari sana, dan barangkali di tengah-tengah kebahagiaan yang memabukan? Atau akankah aku, bahkan pada tahap yang paling awal, dengan hormat menolak untuk ikut dalam permainan ini? Kita datang ke dunia ini hanya sekali. Kita masuk ke dalam dongeng besar ini hanya untuk melihat ceritanya berakhir!" (hlm. 210)

Dapat saya katakan bahwa novel ini mempunyai keunggulan dalam menyampaikan pesan yang esensial tentang kehidupan di dunia ini melalui kisah sederhana nan epik. Tidak seperti novel terjemahan lain, bahasa yang digunakan pada novel ini mudah dipahami dan tidak ada kekaburan makana bahkan saya merasa seperti sedang membaca dari penulis asal Indonesia. Pada sepanjang novel ini disuguhkan berbagai macam perenungan filsafat tentang kehidupan tetapi tidak membosankan serta terdapat suspense yang mengejutkan!

Tentu saja novel ini ada kekurangannya. Saya merasa bahwa penulis kurang begitu memunculkan masalah kendati terdapat suspense yang mengejutkan sehingga bagi saya jalan ceritanya agak monoton, terlebih lagi ketika mambaca bagian-bagian awal novel. Penggunaan teknik cerita berbingkai pun terkadang menjadi gangguan bagi saya karena saya harus berpindah-pindah membayangkan satu adegan ke adegan lainnya. Tentu saja teknik penceritaan berbingkai ini belum lazim ada di cerita-cerita novel Indonesia. Kendati begitu, beberapa kekurangan tersebut tidak mengurangi esensi utama dari novel ini.

Kisah Gadis Jeruk ini sangat cocok untuk siapa saja yang ingin mempelajari filsafat dengan cara yang mudah dan sederhana. Dengan harga yang begitu murah untuk untuk sebuah mahakarya bermakna, tentu ini menjadi buku yang wajib ada di rak buku Anda! Selamat membaca J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline