Lihat ke Halaman Asli

Nararya

TERVERIFIKASI

Mengorek Kisah Lama di Kafe Bona

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1399698293714010317

[caption id="attachment_306625" align="aligncenter" width="300" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]

Tadi malam, ketika melihat istriku sedang asyik ngobrol dengan sahabatnya yang datang berkunjung bersama putra-putrinya yang ganteng dan manis, aku pergi ke sebuah kafe di dekat rumahku. Pikirku, daripada jadi satpam ya mendingan aku nongkrong.

Di kafe itu, aku melihat cukup banyak anak-anak abg yang sedang bersenda gurau. Sudah pasti suasana heboh. Tipikal anak-anak abg.

Setelah memesan segelas vanilla ice squash, mataku terpaku pada sebuah gitar nganggur di atas podium kecil di dekat kasir. Tanpa menunggu lama, aku pun bergegas ke depan. Dengan sebuah gerakan alis, aku meminta ijin kepada waitressnya untuk memainkan gitar itu. Mumpung gak ada yang memainkannya, lebih baik aku sedikit "beramal". hahahahaha

Tidak kurang dari 15 tahun aku tidak lagi pernah bermain gitar, maka aku perlu "pemanasan" beberapa saat. Lalu, aku pun melantunkan If I Didn't Have You in My World. Tadinya aku hanya ingin menyanyikan lagu itu saja untuk mengenang kupu-kupu besar yang ada di dalam hatiku. Sebuah lagu yang liriknya pernah membuat pujaan hatiku merasa begitu tersanjung...hahahahaha

Ternyata, anak-anak abg itu malah memintaku untuk terus bernyanyi. Wah, aku masih bisa mendapatkan banyak fans nih..wkwkwkw

Sambil melantunkan beberapa lagu, aku mengorek lagi kenangan 15 tahun lalu semasa kuliah. Saat itu, aku harus kuliah sambil bekerja. Pagi hingga sore aku kuliah, dan malamnya aku manggung dari satu kafe ke kafe lainnya. Aku juga ingat, harus mengurangi waktu tidur supaya bisa mendapatkan uang saku tambahan untuk membeli buku-buku. Kadang, jika tiba lebih awal dari waktu manggung, aku sempatkan dulu mengerjakan tugas-tugas kuliah. Tidak ada yang terbengkalai. Dan puji Tuhan, aku bisa menyelesaikan studi dengan predikat summa cum laude.

Tiba di rumah, aku masuk ke ruang kerjaku dan mencoba mengingat kembali kejadian tadi di kafe. Aku pun berguman: Ebenhaezer ("sampai di sini Tuhan [sudah] menolong").

Ya, aku melihat bahwa Tuhan menolong dan menyertaiku. Perjuangan melewati begitu banyak kesulitan, menjadikanku tiba pada titik ini. Sebuah titik di mana aku tidak harus menghadapi perjuangan yang sama seperti dulu namun aku sadar bahwa untuk tiba di sini, ada andil besar dari perjuangan melewati berbagai kesulitan itu.

Aku hanya berharap, dengan goresan kecil mengenai secuil pengalaman di atas menjadi stimulan bagi adik-adikku yang mungkin saat ini sedang berstudi namun menghadapi kesulitan yang mirip seperti yang kualami. Jangan menyerah. Ingatlah, yang membedakan seorang pemenang dan pecundang bukan karena sang pemenang meraih kemenangan tanpa kesulitan. Ia meraihnya karena ia memutuskan untuk tidak berhenti berjuang.

Dan aku selalu percaya bahwa di ujung kerja keras + kerja cerdas, ada kesuksesan yang menanti.

Selamat siang; Salam Kompasiana!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline