Lihat ke Halaman Asli

Nararya

TERVERIFIKASI

Jawaban Aristoteles Terhadap Isu SARA yang Menimpa Jokowi

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13999707141167772031

SARA [Suku, Agama, Ras, dan Antar-Golongan] merupakan akronim yang merujuk kepada sikap atau perlakuan diskriminatif terhadap seseorang atau sekolompok orang semata-mata berdasarkan latar belakang suku, agama, ras, dan antar-golongan.


Ngomong-ngomong tentang SARA, saya koq melihat ada propaganda yang cukup gigih di Kompasiana untuk "menyuci" otak kita bahwa SARA itu "tidak apa-apa".

Propaganda yang gigih itu, sejauh yang saya amati, berhubungan erat dengan momentum Pilpres 2014. Dan yang seringkali menjadi sasaran tembak adalah Jokowi: Cina, ada "darah" Kristen!

Sebenarnya, sekadar menyatakan bahwa Jokowi itu memiliki darah Cina dan berhubungan dengan Kristen (terlepas dari benar atau tidak benar demikian), itu pada dirinya sendiri (in itself) bukan isu SARA. Misalnya, Anda menyatakan "Nararya itu Kristen dan berasal dari Rote". Pernyataan seperti bukan terkategori SARA. Pernyataan ini semata-mata merupakan pendeskripsian tentang latar belakang agama dan suku saya.

Tetapi, pernyataan semacam di atas akan menjadi isu SARA, misalnya, jika Anda mempropagandakan itu supaya saya tidak terpilih menjadi Presiden RI (siapa tahu satu saat nanti, toh?). Ini menjadi isu SARA karena latar belakang agama dan suku saya dijadikan alasan propaganda hitam terhadap peluang saya untuk menduduki kursi kepresidenan.

*********

Kemarin saya memosting tulisan bahwa saya akan membahas mengenai logic dari tulisan Aristoteles yang berjudul: Sophistical Refutations. Sebenarnya tulisan ini belum secara spesifik membahas isi tulisan tersebut. Anggap saja, ini adalah sebuah pengantar untuk memahami secara umum, maksud Aristoteles menulis buku tersebut. Maka, saya akan menempatkan itu dalam konteks popular saat ini, yaitu isu SARA menjelang Pilpres 2004.

Dalam tulisan saya kemarin, saya menyatakan bahwa Aristoteles menulis buku tersebut untuk memenuhi dua objektif: pertama, mengapa sebuah sesat pikir itu salah; dan kedua, mengapa ia tampak benar.

Dalam Shopistical Refutations, Aristoteles menyatakan bahwa sesat pikir itu salah karena ia melanggar prinsip-prinsip penalaran yang sehat.

Di sisi lain, sesat pikir itu tampak benar, karena si pengguna argumen fallacious itu mengasumsikan presuposisi-presuposisi tertentu yang salah mengenai premis yang diajukannya.

Tolong diingat dua prinsip penting di atas. Karena berikut ini, saya akan menggunakan skema tersebut untuk membedah isu SARA menjelang Pilpres 2014.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline