[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Berhubungan dengan masa-masa penyusunan skripsi dan tesis di kalangan Perguruan Tinggi, saya masih ingin menulis sebuah topik kecil di sekitar konteks ini. Dalam proposal penelitian, entah itu skripsi atau tesis, biasanya para calon Sarjana maupun Master harus mengemukakan metode penelitian (bedakan dengan metodologi yang sudah saya bahas dalam tulisan sebelumnya) yang digunakannya untuk memperoleh data atau informasi bagi karya tulis akademisnya. Salah satu metode yang merupakan bagian dari pendekatan kualitatif adalah library research (riset perpustakaan). Jika Anda familiar dengan buku-buku mengenai metodologi penelitian, Anda pasti tahu bahwa istilah library research digunakan cukup luas. Karena keterbatasan space, saya hanya akan mencantumkan satu cuplikan tulisan mengenai metodologi penelitian yang menggunakan istilah ini disertai penjelasan mengenai tekniknya:
[caption id="attachment_307924" align="aligncenter" width="529" caption="[C.R. Kothari, Research Methodology: Methods & Techniques, 7"]"]
[/caption]Di sisi lain, beberapa tahun terakhir ini saya sering bertukar argumen dengan beberapa kawan dosen yang menolak penggunaan istilah library reseach. Menurut mereka istilah library di sini kurang tepat sasaran. Yang diteliti adalah kepustakaan atau literatur bukan perpustakaannya. Itulah sebabnya, mereka mengusulkan penggunaan istilah literature research sebagai istilah yang representatif. Menyimak cuplikan tulisan Kothari di atas, usulan penggantian istilah library research menjadi literature research langsung mengalami kendala. Usulan ini mempersoalkan ketepatsasaran yang dirasa tidak sesuai ketika kita menggunakan istilah library research. Persoalannya, dalam metode ini, yang diteliti bukan hanya literatur-literatur, melainkan juga isi perpustakaan yang non literatur, mis. rekaman audio dan rekaman audio visual. Itu berarti penggunaan istilah library dalam library research harus dipahami bukan dalam arti perpustakaan itu sendiri, melainkan isi perpustakaan yang dapat dijadikan acuan pengumpulan informasi: literatur-literatur, audio, dan audio visual. Bagi saya, istilah ini masih tepat digunakan dalam pengertian ini! Tetapi, apakah keberatan-keberatan di atas menjadi tidak relevan sama sekali? Mungkin juga tidak begitu. Berkaca pada pengalaman membimbing dan menguji skripsi dan tesis, saya melihat bahwa hanya sedikit sekali karya ilmiah yang ditulis dalam kategori metode library reseach menggunakan acuan audio dan audio visual. Jika memang tidak menggunakan referensi-referensi seperti ini, bagi saya penggunaan istilah literature research akomodatif untuk digunakan. Jadi yang saya tolak adalah bahwa istilah library research harus digantikan sama sekali dengan istilah literature research. Ya udah, gitu aja dulu! Selamat malam; Salam Kompasiana! Tulisan terkait: Mencari Etimologi Kata "Metodologi" di Internet? Hati-hati!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H