Lihat ke Halaman Asli

Nararya

TERVERIFIKASI

Kata "Kita" dalam Karya Tulis Ilmiah, Haram?

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Satu lagi isu spesifik di sekitar menulis karya ilmiah, entah itu dalam bentuk artikel, skripsi, tesis, bahkan juga disertasi. Saya tidak tahu persis apakah isu ini cukup meluas di berbagai perguruan tinggi atau tidak. Meski begitu, dalam berbagai perbincangan dengan rekan-rekan dosen dari beberapa universitas yang berbeda, saya mendapat kesan sepertinya memang cukup umum.

Pengalaman membimbing para mahasiswa tingkat sarjana maupun pascasarjana sering membawa saya berhadapan dengan pertanyaan mengenai penggunaan kata "kita" dalam karya ilmiah tahap akhir mereka. Ada beberapa dosen yang berargumen bahwa penggunaan kata "kita" dalam karya ilmiah harus dihindari karena memberi kesan subjektif terhadap isi karya ilmiah tersebut.

Saya sendiri tidak menganggap argumen itu benar-benar meyakinkan. Dan mengingat keterbatasan space, di sini saya hanya akan mengajukan dua argumen mengapa saya tidak menganggap argumen di atas benar-benar meyakinkan.

Pertama, subjektivitas dalam sebuah tulisan ada pada tingkat argumen (proposisi-proposisi), bukan ada pada tingkat penggunaan kata tertentu. Untuk menilai apakah argumen dalam sebuah karya tulis ilmiah itu bersifat subjektif atau tidak, mestinya ditelisik pada proposisi-proposisinya, bukan semata-mata karena penulisnya menggunakan kata tertentu di dalamnya. Dengan kata lain, berargumen seperti di atas, berarti berargumen pada tingkat kata seperti yang sudah pernah saya tuliskan sebelumnya (baca di sini).

Dan kedua, penggunaan kata "kita" dalam tulisan, entah itu tulisan popular atau tulisan ilmiah, tidak harus berarti bahwa si penulisnya menyertakan orang lain untuk berada di pihaknya secara subjektif. Penggunaan kata "kita" sebenarnya lebih mewakili pengungkapan retorika-kolektif, bukan kata kolektif yang riil.

Misalnya saya menyatakan, "Kita mengetahui bersama bahwa...". Penggunaan kata "kita" di sini bukan kolektif yang riil seakan-akan Anda dan saya benar-benar mengetahui bersama topik yang sedang saya bicarakan. Penggunaan kata "kita" di sini lebih mencerminkan gaya retorika yang mengambil bentuk kolektif untuk menstimulasi pembaca "melibatkan diri" dalam topik yang sedang dibicarakan.

Singkatnya, menolak penggunaan kata "kita" dalam karya ilmiah dengan alasan memberi kesan subjektif, merupakan sebuah penolakkan atas dasar argumen fallacious bernama straw man fallacy.

Saya kira, penggunaan kata "kita" tetap sah digunakan dalam karya-karya ilmiah, atas dasar argumen-argumen di atas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline