Lihat ke Halaman Asli

Nara Ahirullah

TERVERIFIKASI

@ Surabaya - Jawa Timur

Metafora Aplikasi Pengelola Sampah Daur Ulang

Diperbarui: 11 Desember 2023   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi daur ulang sampah. (Dok Freepik via Kompas.com)

Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi volume sampah di Indonesia. Tapi semua upaya itu belum membuahkan hasil. Sampah dari tahun ke tahun bukannya berkurang, malah bertambah. TPA-TPA juga makin menggunung sampahnya.

Bukan hanya pemerintah yang upayanya belum membuahkan hasil signifikan. Swasta yang ikut mengupayakan pengurangan sampah dengan metode daur ulang juga belum optimal. 

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, persentase sampah yang didaur ulang di Indonesia hanya mencapai 7%. Sisanya masuk TPA atau tersebar di tempat-tempat pembuangan ilegal.

Yang dilakukan swasta untuk turut serta dalam pengurangan sampah adalah munculnya berbagai aplikasi pengumpul sampah daur ulang. Aplikasi pengumpul sampah di Indonesia mulai muncul sekitar lima atau enam tahun lalu. 

Suatu ketika di antara tahun-tahun itu ada program 1.000 startup. Yaitu kompetisi membuat startup untuk berbagai ide bisnis dengan bantuan aplikasi. Pengolahan sampah termasuk dalam kategori dalam program itu untuk dibuat aplikasinya. Dari program itu juga banyak lahir aplikasi pengumpul sampah daur ulang.

Hingga saat ini pun aplikasi pengumpul sampah daur ulang masih bermunculan yang baru. Sementara aplikasi-aplikasi lama sudah berguguran dan hilang satu per satu, aplikasi baru muncul dengan fitur-fitur baru yang lebih canggih dan keren. Ditambah dengan berbagai tawaran keuntungan jika orang menggunakan aplikasi itu.

Berbagai aplikasi pengelola sampah daur ulang dibuat namun belum signifikan mengurangi sampah. (Gambar Google Search Capture/Tangkapan layar dokumentasi pribadi)

Aplikasi pengumpul sampah daur ulang hendak memasuki segmen middle up. Kita bisa ingat-ingat lagi bahwa dua atau tiga tahun lalu sedang gencar-gencarnya gerakan kurangi plastik, anti sedotan plastik, gerakan minim sampah, dan lain sebagainya.

Gerakan-gerakan itu memang gencar dikampanyekan saat itu oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) peduli lingkungan.

Nah, otak bisnis kan bisa muncul dalam kondisi apapun. Termasuk dalam kondisi darurat sampah pertama Indonesia tahun 2016 silam. Maka muncullah ide untuk membuat aplikasi untuk mengumpulkan sampah yang bisa dijadikan bahan baku daur ulang. Terutama plastik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline