Lihat ke Halaman Asli

Nara Ahirullah

TERVERIFIKASI

@ Surabaya - Jawa Timur

Jika Jadi Presiden Rusia, Keputusan Saya Sama seperti Putin

Diperbarui: 26 Februari 2022   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan sentimen anti-Ukraina yang membuat Rusia geram, tapi sentimen anti-AS yang digelayuti Ukraina. (Foto-Kompas.com)

Saya sudah membaca belasan artikel dan berita yang membahas tentang perang Rusia dengan Ukraina. Atau jika bukan perang, sebut saja "pelajaran" Rusia pada Ukraina. Dari semua artikel itu, hanya ungkapan-ungkapan kemanusiaan saja yang bisa menghentikan perang. 

Secara teknis, tidak ada satu pun alasan untuk Rusia tidak menyerang Ukraina. Jika saya jadi Presiden Rusia, keputusan saya juga akan sama dengan Vladimir Putin. Menyerang Ukraina. Terlalu banyak alasan untuk tidak memberi pelajaran pada Ukraina secara efektif.

Putin barangkali sudah cukup bersabar melihat kelakuan Presiden Ukraina dan pejabat militernya yang genit ingin bergabung dengan barat. Sementara secara kebangsaan, darah, dan kromosom mereka sesungguhnya sejenis dengan Rusia. Orang Ukraina juga pasti makan ikan dan garam yang sama dari Sea of Asov atau dari Laut Hitam. Tapi bisa-bisanya Ukraina ingin bergabung dengan negara-negara Barat di NATO.

Sementara NATO secara superior "dipimpin" oleh Amerika Serikat (AS). Dan Anda lebih tahu bahwa setiap negara yang dibela AS dengan dalih kebebasan akan dijadikan medan perang untuk kepentingannya sendiri. Tapi, ketika Rusia membela orang-orang di Donbass, AS dan NATO segera menyebut Rusia sebagai ancaman bagi perdamaian dunia. 

Sudah tepat Putin segera menyerang Ukraina, sebelum negara genit ini jadi anggota NATO. Karena jika tidak segera diberi "pelajaran", maka Rusia yang akan diberi pelajaran oleh NATO. Dan jika AS yang superior di NATO menyerang Rusia, mereka akan menyatakan serangan itu sebagai bantuan demi kebebasan Ukraina.

Kalau saya Putin, yang ingin saya sampaikan adalah "Wahai dunia sadarlah, bahwa Rusia akan menjadi sasaran empuk AS dan NATO jika Ukraina tidak segera dibereskan. Maka jika ingin perang ini selesai, arahkan pendapat dan pandangan kalian pada AS dan NATO. Desak mereka supaya menyatakan tidak akan menerima Ukraina sebagai bagian dari NATO".

Ukraina bukanlah apa-apa tanpa AS  dan NATO. Presiden dan pejabat militer Ukraina hanyalah kucing oren tanpa sesumbar akan didukung AS dan NATO. Rakyat Ukraina juga tak punya sentimen anti-Rusia. Bahkan tentara Ukraina pun menangis karena tak ingin berperang dengan Rusia.

Rusia juga secara umum tampak tak punya sentimen anti-Ukraina. Tapi kenyataan bahwa Rusia secara umum hingga akar rumputnya memiliki jiwa dan sentimen anti-AS 'iya. AS sendiri yang membangun sentimen antipati itu pada seluruh rakyat Rusia. Bahkan melalui industri perfilman yang selalu menempatkan orang Rusia sebagai penjahat.

Sentimen anti-AS itulah sesungguhnya yang menumbuhkan perang. Ketika Ukraina yang sebenarnya sedarah dengan Rusia justru ingin jadi sekutu AS yang selama ini jelas-jelas memusuhi Rusia. Karena sudah menjadi kemungkinan yang besar, AS akan menyerang Rusia melalui Ukraina jika negara dengan 44 juta penduduk ini masuk NATO, maka keputusannya perangi Ukraina.

Maka yang dilakukan Putin sesungguhnya adalah benar sebagai pemimpin suatu negara yang telah ditandai AS sebagai ancaman bagi perdamaian dunia. Sekarang, Putin secara tidak langsung sudah mengungkapkan bahwa sesungguhnya ancaman bagi perdamaian dunia bukanlah Rusia.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline