Setelah 18 tahun akhirnya film The Matrix hadir lagi. Kali ini dengan tajuk "The Matrix Resurrection". Resurrection berarti kebangkitan. Kebangkitan Neo dan Trinity.
Penonton film ini setidaknya berusia 35 tahun ke atas. Di mana 18 tahun lalu, saat The Matrix Revolution atau The Matrix Reloaded, usia mereka sekitar 17 tahun. Sudah mengerti jalan cerita film ini. Sudah bisa membedakan realitas dan fiksi di dalam film itu.
Sejak awal film The Matrix muncul, jalan ceritanya memang memutar antara dua dimensi dan waktu. Dimensi asli di-setting tahun 2257, sementara dimensi lainnya di-setting tak jauh dari era sekarang.
Jadi, realitas di film itu adalah tahun 2257. Sementara fiksi yang merupakan setting game di film itu lebih kuno, yang kurang lebih sama dengan keadaan saat ini.
Kalau kurang dewasa, menonton film ini akan membingungkan. Apalagi nonton The Matrix Resurrection tanpa sebelumnya menonton tiga sekuel lainnya. Mungkin Anda akan mengantuk dan tidur karena tak mengerti jalan ceritanya.
Kunci dari mengerti film The Matrix Resurrection adalah mengenal Neo, Trinity, Morpheus, dan Agent Smith. Neo, Trinity, dan Morpheus adalah nama asli ketiganya dalam realitas film itu. Di dalam fiksi game The Matrix hanya Neo dan Trinity yang punya nama alias. Yaitu, Thomas Anderson dan Tiffany.
Pelajaran tentang Pilihan dan Kekuatan Cinta
Sungguh, jika diikuti dengan serius, film ini bukan lagi hanya bercerita soal game The Matrix. Tapi juga mengajak penontonnya berpikir dan memahami apa arti sebuah pilihan.
Dalam film akan ada adegan di mana Bugs bertemu dengan Morpheus dalam tampilan yang muda dan baru. Lalu Bugs menawarkan pil biru dan merah. Pil merah untuk kembali ke realitas dan pil biru akan membuatnya Morpheus tetap berada di bawah pengaruh fiksi The Matrix.
Bugs berkata, "Pilihan hanyalah ilusi, kita tahu apa yang sebenarnya kita mau lakukan". Lalu Morpheus memilih pil merah.