Lihat ke Halaman Asli

Anak Tantrum? Cubit Ibunya!

Diperbarui: 30 Agustus 2016   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - anak rewel karena keinginannya tidak dituruti. (Shutterstock)

Pernahkah Anda melihat anak kecil merengek dan menangis keras di tempat umum karena menginginkan sesuatu dan tidak dituruti oleh orang tuanya? Bagaimana reaksi Anda? Mungkin ada yang menatap tajam ke arah orang tuanya. Mungkin ada yang membatin, "Kenapa nggak dituruti aja sih? Kan malu punya anak nangis guling-guling di depan umum." Mungkin ada yang diam mengamati si anak dan orang tuanya, mana yang lebih kuat dengan pendiriannya. Mungkin ada yang gemas, ada yang terganggu dengan lengkingan tangisannya, ada yang buru-buru pergi menjauh karena menganggap berisik di situ. Beragam reaksi orang. Lalu bagaimana sebaiknya orang tua bereaksi bila anaknya tantrum di depan umum?

Dalam satu seminar parenting yang belum lama ini saya hadiri, pembicara meminta tolong moderator untuk mencubit seorang ibu yang bertanya bagaimana caranya menghadapi anaknya yang suka tantrum jika menginginkan sesuatu. Lha orang bertanya supaya dapat solusi, kok malah dicubit? 

Menurut pembicara tersebut, si ibu memilih cara mendidik anak yang salah. Anak tantrum itu bukan terjadi secara tiba-tiba, namun merupakan hasil dari belajar. Sekali anak menangis karena menginginkan sesuatu, lalu karena tangisan itu orang tuanya lantas menuruti keinginannya, maka seterusnya dia akan menggunakan tangisannya sebagai senjata. Senjata yang digunakan untuk meluluhkan hati kedua orang tuanya saat menginginkan sesuatu. Menangis tak mempan, maka naik levelnya ke menjerit. Tangisan dan jeritan tak mempan, lanjut dengan berguling-guling. Tangisan, jeritan, dan gulingan tak mempan, maka lanjut dengan merusak barang di sekitarnya, atau bahkan menyakiti dirinya sendiri (misal memukul-mukul kepala).

Jadi harus gimana dong menghadapi anak tantrum? Malu kan dilihati banyak orang. Malu kan anak kita jadi obyek tontonan? 

Saran dari pembicara, jika anak tantrum jangan langsung dituruti keinginannya. Dekati dia, peluk yang erat. Setelah tenang, ajak bicara baik-baik. Bilang kalau kita, orang tuanya, sayang kepada dia. Namun bukan berarti apa yang diinginkannya semua bisa dituruti. 

Setiap orang tua, pasti sayang kan ya kepada anaknya. Cinta sejati adalah cinta yang utuh dari orang tua kepada anaknya. Cinta sejati ini selayaknya mampu mendorong orang tua untuk memberikan yang terbaik dan merupakan kebutuhan anak, bukan apa yang disukai anak. Karena bisa jadi, apa yang disukai anak tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Nah, bicara tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, ada tiga faktor yang sangat menentukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Ketiga faktor tersebut merupakan bekal perlindungan bagi tumbuh kembang anak, yaitu cinta kedua orang tuanya, nutrisi dan stimulasi.

Pada saat anak berusia 1 tahun, dia sedang mengalami masa emas pertumbuhannya:

  1. Secara fisik, anak aktif bergerak. Anak sedang senang berjalan dan menjelajah tempat-tempat baru.
  2. Secara kognisi, anak punya rasa ingin tahu yang besar. Anak jadi senang mengamati, menyentuh, mencoba, dan bertanya hal baru.
  3. Secara sosial, anak peka terhadap emosi orang di sekitarnya. Anak jadi senang memandangi wajah orang lain dan menirukan ekspresi wajah.

Eksplorasi merupakan kebutuhan anak agar tumbuh secara optimal. Jadi jika anak mengacak-acak isi lemari pakaiannya, mengacak-acak rak buku, menggobrak-abrik mainannya, jangan langsung dimarahi. Jangan langsung dilarang. Biarkan dia belajar. Biarkan dia bereskplorasi karena eksplorasi akan menumbuhkan banyak kemampuan positif dalam diri anak, antara lain:

  • sensori motorik
  • komunikasi
  • sosio emosional
  • kemandirian
  • kognitif
  • kreativitas

Nah, sudah tahu kan bagaimana menghadapi anak tantrum? Jadi lain kali jika melihat anak tantrum semoga pandangannya bisa berubah. Bukan lagi negatif dan meremehkan kedua orang tuanya. Mari dukung orang tua untuk terus belajar menjadi orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline