Lihat ke Halaman Asli

Bandara Sultan Hasanuddin, Benahi Disiplin Karyawan Dong!

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang jam 11 malam, Hari ketiga di bulan November, pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandara sultan Hasanuddin, Makassar. Saya akan transit sekitar 10 jam, dan akan melanjutkan penerbangan pada pukul 9 keesokan harinya. Setelah melapor ke bagian yang menangani penumpang transit, saya dipersilakan untuk menunggu di ruang tunggu lewat pintu 1. Saya dan seorang teman seperjalanan pun bergegas ke ruang tunggu 1. Menunjukkan boarding pass pada petugas di pintu masuk. Petugas membaca sekilas, lalu mengatakan pada kami, bahwa kami belum boleh masuk ke ruang tunggu. Akhirnya kami memutuskan untuk ke musholla yang letaknya tak jauh dari ruang tunggu 1. Usai sholat, saya masih duduk menunggu di musholla. Saya pikir lebih aman saya duduk di musholla daripada di luar. Menjelang jam 12, saya dapat sms dari teman saya, menyuruh saya untuk masuk ke ruang tunggu, karena dia sudah ada didalam. Saya pun membenahi bawaan saya dan menuju ke ruang tunggu 1. Sampai depan pintu, kembali saya tunjukkan boarding pass saya pada petugas. Petugas yang berbeda dengan petugas yang mengecek pada saat percobaan pertama saya untuk masuk tadi. Petugasnya bilang "Wah, untuk penerbangan ini belum bisa masuk mbak". "Lho, tapi teman saya seperjalanan  bisa masuk tadi, pak" "Nggak mungkin bisa masuk, mbak akal-akalan bohongi saya ya?" "Bener pak, saya kesini karena di sms teman saya, dibilangi klo dia sudah ada didalam" saya mulai agak emosi karena dituduh mau mengakali dia. "Waduh, berarti kami kecolongan. Harusnya nggak boleh masuk" Petugas itu lalu menengok ke arah temannya, yang saya perkirakan meloloskan teman saya untuk masuk. Lalu dia mempersilakan saya untuk menunggu di luar saja. Saya malas berdebat, akhirnya saya memilih duduk diluar. Saya beritahu teman saya, bahwa saya tak boleh masuk. Teman saya menyarankan untuk masuk lewat pintu belakang saja, karena banyak juga orang yang lalu lalang lewat pintu belakang. Tapi saya menolak, karena setahu saya pintu belakang itu untuk keluar, bukan untuk keluar masuk. Kalaupun ada yang masuk lewat pintu belakang, pastilah dia petugas bandara. Maka saya pun tetap duduk diluar. Mengamati para calon penumpang yang duduk diruang tunggu dari balik kaca. Tak berapa lama, saya lihat beberapa petugas berbincang dengan para penumpang di dalam ruang tunggu. Lalu para penumpang mengemasi bawaannya dan keluar lewat pintu belakang. Oh, rupanya para calon penumpang disuruh keluar. Beberapa calon penumpang lalu bergabung dengan saya duduk diluar. Ibu dengan 2 anak ini juga disuruh keluar, padahal pesawat mereka dijadwalkan berangkat pukul 01.00. Tanpa diberitahu alasannya apa. Kok bisa sih, penumpang sudah diruang tunggu disuruh keluar. Kenapa nggak sekalian kayak saya aja, ditolak masuk. Daripada sudah diijinkan masuk, tapi akhirnya disuruh untuk keluar. Barangkali ruang tunggu 1 mau dibersihkan. Saya masih mencoba berprasangka baik. Tapi saya tunggu beberapa saat, kok nggak ada petugas yang bergerak untuk bersih-bersih. Para petugas malah bagi-bagi nasi kotak, lalu berkumpul disalah satu sudut ruang tunggu. Saya pun lalu menghidupkan kamera, jepret sana sini

Ruang tunggu yang lengang vs antrian calon penumpang di depan pintu masuk, menunggu pintu dibuka

Selesai jeprat jepret saya duduk lagi, sambil melihat-lihat hasil jepretan saya. Mendadak saya dikejutkan suara seorang petugas yang sudah berdiri di depan saya.

"Mbak, ambil foto-foto maksudnya buat apa? tidak boleh sembarangan ambil foto disini"

Gawat nih, klo saya sampai harus menghapus hasil jepretan saya.

"Saya heran aja pak, kok ibu dan kedua anaknya ini disuruh keluar. Tapi teman saya tidur didalam dibiarkan saja" beruntung saya punya jawaban yan tepat. Memang teman seperjalanan saya masih asyik tidur di dalam ruang tunggu. Beberapa petugas emang sudah berusaha membangunkan dia, menyuruh untuk keluar. Tapi dasar teman saya bandel, dia tetap tak mau beranjak.

Begitu mendengar alasan saya, petugas itu nampak emosinya naik

"OK, saya suruh teman mbak keluar sekarang. Dan jangan ambil foto lagi"

Alhamdulillah, nggak disuruh menghapus fotonya. Petugas itu segera menghampiri kursi tempat teman saya tidur. Membangunkannya dan memaksanya keluar. Bahkan tasnya dibawain sampai pintu keluar. Karena tasnya di bawa, walau dengan enggan, teman saya keluar juga.

***

Keesokan harinya. Hari keempat dibulan november, menjelang pukul 8 pagi. Saya dan teman saya sudah menuju ruang tunggu 1. Kalau pagi ini ditolak lagi, kebangeten! Menunjukkan boarding pass, lalu kami dipersilakan masuk. Kami sengaja memilih tempat duduk agak di belakang, dekat pintu keluar. Saya perhatikan, kok calon penumpang bebas banget keluar masuk lewat pintu keluar. Ada calon penumpang, bawa 2 tas besar, dengan enak melenggang masuk ruang tunggu melalui pintu keluar. Tanpa ada pemeriksaan! Wah, bawa barang selundupan enak banget di bandara sini, pikir saya. Menjelang jam 9, ada pengumuman bahwa pesawat yang akan saya tumpangi menunggu di gate 5. Jadi kami harus pindah ke ruang tunggu 5. Hah, kenapa informasinya simpang siur sih. Untung bawaan nggak banyak, jadi nggak terlalu repot pindah-pindah. Saya pun mau mencoba seberapa ketat aturan dibandara ditegakkan oleh para karyawan. Saya keluar dari ruang tunggu 1, lalu masuk ke ruang tunggu 2 dan 3 lewat pintu keluarnya. Tak ada yang menegur. Saya pun ingin melanjutkan masuk ke ruang tunggu 5 lewat pintu keluarnya. Karena saya lihat dipintu masuk, antriannya lumayan panjang. Baru hendak membuka pintu, ada petugas yang berdiri didekat situ menegur saya. "Mau kemana mbak" "Mau masuk ruang tunggu 5, pak" jawab saya. "Pintu masuknya disebelah sana, disini untuk keluar mbak" Saya sebenarnya bisa saja mendebat petugas ini dengan mengatakan bahwa tadi saya juga lewat pintu keluar untuk masuk ruang tunggu 2 dan 3. Tapi hal ini tidak saya lakukan. Saya hargai petugas yeng menegur saya tadi, karena memang saya ingin ditegur karena telah melanggar aturan. Syukurlah masih ada petugas yang melarang calon penumpang masuk memalui pintu keluar. Semoga saja, jumlah petugas yang menegakkan aturan ini lebih banyak daripada petugas yang cuek bebek saja melihat calon penumpang berlalu lalang di pintu keluar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline