Lihat ke Halaman Asli

Seminggu Ini Rumahku Bebas Asap Rokok

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya tiap hari, rumahku tak pernah sepi dari asap rokok. Yah, suamiku seorang perokok. Nggak bisa kerja kalau nggak merokok. Nggak bisa bab (buang air besar) kalau tak merokok. Selama ini aku selalu berusaha menjauhkan kedua anakku kalau suamiku sedang merokok. Tapi dasar anak-anak, mereka pengen tahu saja apa yang dipegang dan 'dimakan' oleh papanya.

Sulungku suka sekali membuang abu dan puntung rokok yang ada di asbak ke tempat sampah. Seringkali lagi asyik-asyiknya suamiku merokok, si sulung nyelonong mendekatinya, langsung mengambil asbak dan membuang abunya ke tempat sampah. Untung bukan asbaknya yang dibuang. Kadang juga dia berhasil mengambil sebungkus rokok yang diletakkan di meja rendah yang dapat dijangkaunya. Maka pasti habislah rokok itu buat mainan. Dipatah-patahkan, bahkan ada pula yang digigit. Aku sudah sering kali mengingatkan untuk naruh asbak dan rokok diatas lemari, jauh dari jangkauan anak-anak. Tapi namanya penyakit lupa, kambuh terus.

Namun rupanya kerajinan si sulung membersihkan asbak dan merusakkan rokok suamiku ada ada manfaatnya. Suamiku mulai khawatir bila nantinya si sulung bakal ikut-ikutan merokok. Maka dia pun bertekad untuk berhenti merokok. Mulailah 31 Mei, pas di hari tanpa tembakau sedunia, suamiku tak merokok (pas juga rokoknya sudah habis hehe...).

Kini seminggu sudah suamiku tahan tidak merokok. Nyatanya tetap bisa kerja walau tak ada rokok terselip diantara bibirnya. Nyatanya tetap lancar bab walau tak menghisap rokok. Godaan pastinya ada dong. Seperti kemarin dia bilang "Enak banget kayaknya liatin pak Bagong ngerokok" sewaktu pergi bersama pak Bagong. Tapi alhamdulillah, suamiku bisa tahan godaan untuk tak ikutan merokok.

Sudah seminggu rumahku tak ada asap rokok. Mudah-mudahan bisa bertahan untuk seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline