Lihat ke Halaman Asli

Janji Suamiku untuk Memperingati Hari Kartini

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Esok, 21 April. Kita di Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kartini. Harinya perempuan. Siapa Kartini, tentunya sudah banyak yang tahu.

Dahulu kala masih SD dan SMP, setiap hari Kartini, di sekolah tak ada pelajaran. Pagi diawali dengan upacara bendera. Siswa perempuan memakai kebaya dan bersanggul. Yang lelaki, tetap dengan seragam sekolah. Semua petugas upacara perempuan. Setelah upacara dilanjutkan dengan bermacam-macam lomba. Lomba merias, pasang dasi, masak.

Di SMA tak ada kewajiban pakai kebaya dan bersanggul saat hari Kartini. Pagi upacara dengan seragam sekolah. Usai upacara, dilanjutkan pelajaran seperti biasanya.

Selepas SMA, tak ada lagi upacara peringatan hari Kartini. Bahkan sering terlupa, jika saja tak ada teman yang kirim sms, menyampaikan ucapan selamat. Selamat Hari Kartini.

Seperti juga tahun ini, tak teringat bahwa esok, 21 April. Waktunya memperingati hari Kartini. Jika saja suami tak membuat pernyataan di pagi hari tadi. Pernyataan untuk membuatku santai besok.

Besok aku tak boleh masak, tak boleh bersih-bersih rumah. Tak boleh memandikan anak-anak. Semuanya akan dia kerjakan. Jadi kerjaanku apa?

Ya nikmati saja, demikian kata suamiku. Nikmati rasa masakannya. Nikmati rumah bersih tanpa aku harus bergerak untuk membersihkannya. Nikmati anak-anak sudah rapi tanpa aku repot memandikan dan mendandani mereka.

Hmm... enak kali ya, kalau sering-sering ada hari Kartini. Bisa terbebas sementara dari urusan rumah tangga :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline