Lihat ke Halaman Asli

Naqoy The7Awareness

Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN

Hari Raya Qurban, Belajar Kesalehan dari Nabi Ibrahim As

Diperbarui: 9 Juli 2021   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Bicara tentang Hari Raya Qurban maka kita tidak bisa lepas dari 2 central tokoh manusia hebat yaitu Nabi Adam As dan Nabi Ibrahim As, karena keduanya merupakan peletak kehidupan sosial agama pada peradaban manusia secara umum.

Nabi Adam As adalah manusia yang penuh disayang oleh Allah SWT, bahkan semua permintaan diirinya selalu dikabulkan, seperti permintaan memiliki pasangan yang baik dan cantik yang merupakan isyrinya "Hawa", namun karena kelemahan dirinya Nabi Adam As akhirnya melanggar apa yang selama ini dilarang.

Ketika melanggar larangan Allah SWT tentu yang ada ada penyesalan tiada henti, kehidupan yang serba nikmat dan nyaman  di syurga berbanding terbalik dengan kehidupan di Bumi yang gersang. 

Kerinduanya kepada Syurga membuat Nabi Adam As memohon ampun kepada Allah dengan ketulusan dan kesungguhnya, selama ratusan tahun air matanya tidak berarti sama sekali di hadapan Allah, bahkan istrinya sama sekali tidak bisa ditemukan seperti ditelan oleh bumi. 

Penyesalan dan penyesalan adalah yang dialami oleh Nabi Adam As, doa penyesalan Nabi Adam As dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut :"Rabbanaa dzolamnaa anfusanaa wa inlamtaghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuu nanna minalkhosiriin" 

Artinya :"Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raf 23).  P

encarian Nabi Adam akhirnya membuahkan hasil ketika memasuki kawasan kota Mekkah, dirinya seperti membaca lafadz "Ahmad", "Muhammad", dan akhirnya pintu langitpun dibuka oleh Allah lalu kemudian pertemuan dirinya dengan Hawa diabadikan dalam momentum gunung yang disebut gunung Cinta (Jabal Rahmah). 

Melihat perustiwa Nabi Adam As bisa menjadi refleksi bagi kita sendiri bahwa manusia juga serupa, awalnya hidup penuh dengan kebahagiaan (Paradiso), namun karena manUsia lengah dan lupa serta gagal fokus sehingga melanggar yang dilarang membuat manusia terjatuh ke alam penderitaan (inferno).

Pada saat sulit dan menderita lalu manusia ingin kembali meraih kebahagiaan yang dulu dirinya tinggalkan, dalam proses pencarian kembali kebahagiaanya manusia diberikan momentum perubahan jiwa yang disebut "tazkiyatu nafs"- purgatorio, sebuah proses kesadaran penuh dalam diri manusia bahwa dirinya adalah menyesali semuanya dan bertekad untuk kembali menjadi  hamba Allah yang penuh kasih. 

Dalam Islam sendiri salah satu sesi penyucian jiwa yang dilatih khusus dan dibentuk langsung oleh Allah adalah puasa Ramadan. Bahkan karena specialnya ibadah puasa disiapkan syurga yang hanya khusus mereka yang ahli berpuasa 'Arroyan"

Dari hal ini kita bisa melihat bahwa manusia yang membuat dirinya menggali penderitaan, diberikan kecerdasan yang beragam untuk manusia agar dirinya bisa membedakan mana yang baik dan manakah yang salah dan memiliki keteguhan terhadap pilihan yang benar tersebut (istiqomah). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline