Tak ada bedanya antara jaman kolonial dan kini dalam hal kekuasaan. Demi kekuasaan kompeni memberantas inlander si Pitung cs. Kini, enam partai bersekutu bagai jejeran roda panser mengusung raja kumis yang mengaku sang ahli. Yang tadinya ingin perubahan, setelah kalah dengan mudahnya ingin mempertahankan status quo. Mereka merajut dalih pembenaran, tetapi semua tahu alasan yang terpendam dalam pikiran sempit dan picik. Roda-roda panser telah merangsek dan gemeretak. Menggerus tanah dan bumi yang diinjak-injak. Roda-roda itu ada yang terbuat dari bintang tiga, matahari yg menyinari bumi, simbol-simbol keulamaan, pohon rindang untuk berteduh, simbol agama terbesar dan simbol dakwa. Tetapi mereka menggigit gigi geram dengan nafsu memberangus idealisme dan pendamba perubahan. Jauh di sana... Baju kotak-kotak itu kelihatan bagai kilauan bintang, walau hanya menunggang kerbau dan elang di pundak. Demi DKI yang lebih baik, kepada siapakah jaman berpihak? [caption id="attachment_199936" align="aligncenter" width="516" caption="Praha Betawi Kini"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H