Lihat ke Halaman Asli

Naomi Nur

Mahasiswa

Bara Penginjilan Membakar STT Satyabhakti: 3 Hari 4 Pembicara Anak Muda Menginjil

Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yel-yel menggaung menggetarkan aula STT Satyabhakti, "Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan! Berani, berani, berani, beritakan Injil!" Pada 15-17 Oktober 2024, STT Satyabhakti menyulut semangat baru dalam penginjilan melalui rangkaian KKR dan seminar bertemakan "Nyalakan Api Penginjilan," yang dipimpin oleh TIM KAPN GSJA Indonesia.

Acara berlangsung selama tiga hari dengan menggandeng empat pembicara penuh karisma: Pdt. Frans Kansil, Pdt. Salvinus Tupen, Pdt. Simson David, dan Pak Rudi. Setiap pembicara membawa pengalaman unik dari latar belakang mereka dari mantan atlet yang kini menjadi hamba Tuhan, pengusaha yang giat menginjil, hingga mantan Katolik yang gigih dalam pelayanan. Mereka berempat menghidupkan semangat mahasiswa dengan mengajak setiap peserta melangkah berani dan mengalahkan rasa takut.

Hari Pertama: Kobaran Semangat Penginjilan dan Malam Ibadah KKR yang Menggetarkan

Kobaran semangat yang semakin menyala dan tetap konsisten| Dokumen Pribadi/Robby

Suasana semakin bersemangat ketika lagu-lagu pujian berkumandang, disusul pernyataan kuat dari Pdt. Frans Kansil yang menyatakan, "Kita akan menuai, kita pasti menuai!" Momen ini membakar tekad mahasiswa untuk berani memberitakan Injil. Dalam sesi simulasi, mahasiswa belajar langsung metode-metode berbincang dengan yang disambut antusiasme tinggi. Peserta saling berlatih dan berkomunikasi secara aktif. Yel-yel yang diulang berulang kali menguatkan tekad mereka, rasa takut adalah senjata iblis dan hanya dengan keberanian Injil dapat disebarkan.

Mempraktikkan metode penginjilan hari pertama | Dokumen pribadi/Robby

Hari Kedua: Semarak Penginjilan di Tengah Dinamika Semangat dan Keyakinan

Hari kedua tak kalah semaraknya. Hari kedua dibuka dengan antusias yang tetap menyala, semakin menyala ketika Pak Frans Kansil kembali menggaungkan "Kemuliaan bagi Allah kita!" yang disambut tepuk tangan riuh seisi ruangan chepel lantai tiga Aletheia. Beliau menjelaskan cara unik dalam penginjilan yaitu dengan memahami sedikit bahasa daerah untuk membuka peluang yang lebih baik. Tentu agar Injil dapat diawali dengan baik dan diterima dengan baik.

Pak Rudi menejelaskan metode 3 Saja, teknik pertalian 5P dan 5S dalam penginjilan. Ketika salah satu mahasiswa bertanya tentang kesulitan yang dihadapi diawal penginjilan, Pak Rudi menyatakan "Penginjilan itu mudah", memicu perdebatan kecil. Pernyataan tersebut mengundang pro dan kontra. Pak Agustinus kemudian menengahi situasi tersebut dengan menggunakan ilustrasi dari video pendek The Karate Kid, beliau mengeluarkan pendapat 

"Belajar menangkap sensitivitas, dan lakukan berulang-ulang."

 Ini menekan bahwa penginjilan bukanlah aktivitas satu kali, tetapi proses yang perlu diulangi terus-menerus untuk membangun pondasi yang kokoh.  Dilanjutkan dengan praktek lapangan yang terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok-kelompok yang sudah dibagi, akan turun praktek di lapangan, menerapkan metode-metode penginjilan yang telah disampaikan oleh pembicara. Walaupun lelah para mahasiswa tetap semangat dan berani kabarkan injil, untuk masyarakat kota Malang di beberapa tempat tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline