Lihat ke Halaman Asli

Naomi Retno Ramasari

Mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Diplomasi Digital: Strategi Mempengaruhi dan Pencitraan Cina Selama Pandemi COVID-19

Diperbarui: 25 Mei 2024   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diplomasi digital adalah perkembangan dari diplomasi publik. Diplomasi digital mengarah pada penggunaan media sosial dan teknologi informasi untuk melalukan diplomasi, pembuatan kebijakan luar negeri maupun masalah dalam kebijakan luar negeri.

Diplomasi digital adalah diplomasi yang melibatkan teknologi digital dan sosial media seperti twitter, facebook dan Instagram. Diplomasi ini berkaitan dengan aktivitas diplomasi dan negosiasi.

Diplomasi digital tentunya dapat mempengaruhi cara pandang dan pendapat masyarakat. Masyarakat mudah terpengaruh dengan tren dan tanggapan orang lain.

Diplomasi digital digunakan negara untuk mengemukakan tujuan kebijakan luar negerinya dan mengoordinasikan upaya mereka untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku pemerintah. Selain itu, diplomasi digital juga digunakan oleh negara untuk mengamankan kepentingan tertentu dan menjaga perdamaian serta menjaga niat kerjasama yang baik dengan negara lain.

Pandemi Covid-19 telah mengubah cara berinteraksi dan berkomunikasi antarnegara. Dalam hal ini, saya akan menjelaskan mengenai peran diplomasi digital menjadi strategi penting bagi negara untuk meningkatkan

Dalam konteks tersebut, Cina dapat menjadi salah satu contoh negara yang telah aktif menggunakan diplomasi digital guna memperbaiki citra negara dan menghadapi tuduhan negara bahwa Cina adalah penyebab terjadinya COVID-19. Cina menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dengan masyarakat internasional.

Pandemi   Covid-19   membuat   Cina   mengalami   krisis   karena menghadapi  kritik dunia tentang  Cina  yang  menjadi  sumber wabah dan sengaja  menutupi  kebenaran  tentang  COVID-19.  Cina  kemudian berusaha  aktif dalam  penolakan  setiap  kritik  tentang negaranya.

Cina menggunakan Twitter untuk menjawab tuduhan yang dianggap tidak benar. Penggunaan Twitter oleh Cina dalam diplomasi digital ini menunjukkan bagaimana negara tersebut berusaha untuk meningkatkan transparansi dan interaksi dengan masyarakat internasional.

Dalam suatu kesempatan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina bicara tentang dibutuhkannya perlakuan yang sama akan tuntutan transparansi dan investigasi terkait wabah terhadap AS. Cuitan tersebut disukai lebih dari tiga ribu kali dan dicuit ulang sebanyak 769 kali, menunjukkan bagaimana diplomasi digital membantu meningkatkan kesadaran global dan mempengaruhi pendapat masyarakat.

Diplomasi digital Cina selama pandemi COVID-19 menunjukkan bagaimana negara tersebut menggunakan Twitter untuk meningkatkan citra sebagai aktor yang bertanggung jawab secara internasional. Mereka menggunakan akun Twitter @MFA_China untuk memperbaharui informasi terkait diplomasi Cina, termasuk kebijakan terkait isu politik, sosial, budaya, dan pandemi.

Dalam akun tersebut, pemerintah Cina berusaha menampilkan citra sebagai negara yang terbuka dan berbagi informasi pandemi, serta menampilkan solidaritas global dan upaya kolektif dalam menghadapi pandemi. Strategi diplomasi digital Cina ini menunjukkan bagaimana negara dapat menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dan meningkatkan kesadaran global tentang kepentingan nasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline